Bisnis.com, JAKARTA – Badan Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio net interest margin (NIM) perbankan mengalami tren penurunan. Di saat yang sama, ada beberapa bank yang bisa mengumpulkan margin bunga tinggi.

Seperti diketahui, NIM menggambarkan keuntungan bank sebagai selisih antara bunga yang diperoleh dengan beban bunga yang dibayarkan. Semakin tinggi angka NIM maka semakin besar pula potensi keuntungan bank dari dana yang disalurkan.

Sementara itu, Dian Ediana Ra, Direktur Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, mengatakan ada tren penurunan NIM pada awal tahun ini. NIM Bank akan menjadi 4,59% mulai Maret 2024, turun 18 basis poin secara tahunan (Y/Y basis) atau dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 4,77% per tahun 

“Penurunan NIM ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan suku bunga kredit,” kata Dian melalui balasan tertulis beberapa waktu lalu.

Menurut Dian, penurunan NIM berdampak pada return on assets (ROA) perbankan yang mencapai 2,62% pada Maret 2024 dibandingkan 2,77% pada Maret 2023. “Namun ROA dan NIM masih sangat tinggi,” kata Dian.

Dalam lingkungan ini, banyak bank yang mencapai NIM tinggi. Bank yang memiliki suku bunga tinggi ini didominasi oleh bank digital, bank digital utamanya adalah Shopee atau Sea Group yaitu PT Bank Seabank Indonesia PT Akulaku Silver Indonesia, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB).

Seaside misalnya, mencatatkan NIM sebesar 15,41% pada Maret 2024, namun naik dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 19,57%. Kemudian pada Maret 2024, Bank Neo Commerce mencatatkan NIM sebesar 19,92%, meningkat dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 16,14%.

PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) bahkan mencatatkan NIM sebesar 22,73% berbanding 16,57%. NIM Bank Amar juga merupakan yang tertinggi di Indonesia. 

PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI), bank digital milik Grup Kredivo, juga mencatatkan NIM yang lebih tinggi sebesar 20,58% dibandingkan 7,41%. 

NIM bank digital lebih tinggi dibandingkan bank jumbo. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), misalnya, mencatatkan NIM sebesar 6,59% pada Q1 2024. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mencatatkan NIM 4,01%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan NIM sebesar 4,89%, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) NIM sebesar 5,62%.

Direktur SeaBank Indonesia Sasmaya Tuhulelei mengatakan, NIM bank digital tinggi karena bank digital memiliki suku bunga pinjaman yang lebih tinggi. Tingginya suku bunga pinjaman ditetapkan karena bank digital bertujuan untuk mensegmentasi peminjam berisiko tinggi.

“Jadi otomatis risikonya besar, NIMnya besar. Tapi ujung-ujungnya setelah cadangan, sama saja. Karena sisa [NIM] kita masukkan ke cadangan,” ujarnya. 

Staf pengajar senior Lembaga Pengembangan Bank Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan, bank digital memiliki NIM yang lebih tinggi karena bank digital mengenakan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. 

“Yang mendorong NIM lebih tinggi adalah suku bunga, selain likuiditas perbankan. Jadi kalau dilihat bank digital jauh lebih tinggi, itu wajar karena mereka mematok suku bunga lebih tinggi,” dia kata Bisnis.

Dia menemukan bahwa bank digital mengenakan suku bunga deposito yang tinggi dan kemudian menawarkan suku bunga yang lebih rendah kepada peminjam. Alhasil, NIM lebih tinggi dibandingkan bank-bank besar. Daftar Bank dengan NIM Tinggi:

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA