Bisnis.com, Jakarta – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) periode 2019-2024 Destri Damianti menjelaskan alasan tingginya suku bunga acuan saat ini meski tingkat inflasi negara tersebut rendah.

Hal itu diungkapkannya saat menjawab pertanyaan salah satu anggota Komisi 2024.

Destry menjelaskan, dalam menentukan arah suku bunga kebijakan, BI akan mempertimbangkan tingkat inflasi dan stabilitas nilai tukar rupee, sesuai tujuan BI dalam Undang-Undang Pembinaan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK). berarti mempertahankan. Stabilitas Rp.

Ia mengatakan, saat ini laju inflasi di Tanah Air relatif rendah dan terkendali sesuai target yang telah ditetapkan. Meski demikian, BI meyakini risiko inflasi masih ada, terutama yang berasal dari kenaikan harga pangan.

Selain itu, kondisi eksternal atau global juga turut meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupee.

BI juga mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada pertemuan Dewan Pengurus bulan April 2024.

“Jadi ketika kami memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin meskipun inflasi tetap terkendali, kami melihat bahwa tantangan inflasi dalam negeri yang berasal dari makanan yang bergejolak masih ada, dan ini adalah tantangan kedua bagi rupee. “DXY terus menguat sehingga nilai tukar saling terkait,” ujarnya.

Destri menegaskan, banyak negara juga mengalami tekanan atau depresiasi nilai tukar rupee. Ia mencontohkan Jepang yang otoritas moneternya melakukan intervensi besar-besaran namun yen terus melemah.

“Kalaupun inflasi rendah, kenapa kita tidak menurunkan suku bunga? Karena kita masih melihat banyak faktor risiko, baik dari dalam negeri apalagi sumber eksternal,” jelas Destri.

Komisi untuk informasi Anda 

Ketua Komisi

Selanjutnya keputusan Komisi XI DPR RI akan disetujui dalam rapat paripurna DPR RI pada Selasa (4/6/2024).

“Sudah diseleksi. Belum sampai ke paripurna, baru sah kalau diputuskan di paripurna,” kata Kahar.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel