Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) Otto Toto Sugiri mengatakan saat ini perseroan berencana mengembangkan pusat data AI, dan masa depan bisnis ini sangat menarik. 

Menurut Toto, jika teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat di Indonesia, perusahaan dengan data center AI bisa tumbuh dua kali lipat dari pencapaiannya saat ini, bahkan bisa melampaui pertumbuhan cloud computing. 

 “Dibandingkan cloud computing, pertumbuhannya bisa 3 hingga 4 kali lipat dan ini terjadi di Johor Bahru. Pelanggan terbesar di Johor Bahru adalah TikTok,” kata Toto, Selasa (3/9/2024). 

Menurut Toto, perseroan berencana membangun pusat data baru untuk AI. Namun, ketersediaan pusat data akan dibatasi oleh lokasi, bukan penjualan GPUaaS. 

DCI Indonesia menahan diri untuk tidak menjual layanan GPU untuk menghindari persaingan dengan pelanggan penyimpanan data perusahaan. 

“Kami akan fokus pada pusat data inti. Kami tidak ingin bersaing dengan pelanggan kami. Kami tidak ingin menyediakan semacam cloud GPUaaS. Ini akan membuat kami lebih kompetitif dengan pelanggan kami,” kata Toto. 

Sekadar informasi, GPUaaS merupakan solusi mesin yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan pemrosesan big data dan kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin, serta rendering video berkualitas tinggi. 

Jika mereka tidak terlibat dalam penjualan layanan GPU, DCI kemungkinan akan menjadi lokasi penyimpanan data klien untuk server dan pengguna AI. Pelanggan DCI akan mengeksplorasi GPUaaS untuk target pasar mereka. 

Namun, menjadi pemain pusat data yang siap mendukung kebutuhan AI juga tidak mudah. Pemain pusat data AI memerlukan lebih banyak dukungan daya dibandingkan air tradisional dan industri. Bobot server akan semakin berat sehingga lantai data center harus lebih kuat menahan beban tersebut. 

VP Market Development and Sales Strategy DCI Indonesia Abieta Billi mengatakan, perseroan berencana membangun data center JK6 berkapasitas 36 MW yang berlokasi di Cibitung.

“Hal ini akan menjadikan total kapasitas DCI dari 83 MW pada akhir tahun 2023 menjadi 119 MW pada akhir tahun 2024,” kata Billey dalam paparan publik secara virtual, Senin (22/4/2024).

Selain perluasan tersebut, Billie mengatakan DCII melihat potensi pertumbuhan investasi di kota-kota lain. “Dan ini bisa menambah lebih dari 119 MW [hingga akhir tahun 2024],” ujarnya.

Billy mengatakan industri data center di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan. “Karena kalau kita bandingkan watt per kapita Indonesia dan Jepang, Indonesia 1 watt per kapita,” ujarnya.

Ia mengatakan, data center yang digunakan warga Jepang hanya 7-8 watt per kapita. Artinya, lanjut Billy, Indonesia dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa membutuhkan kapasitas data center sekitar 2.200 MW. Sedangkan kapasitas data center di Indonesia hanya berkisar 200 MW.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA