Bisnis.com, JAKARTA – Bank DBS Indonesia optimis bisnis pengelolaan kekayaannya akan terus tumbuh pada tahun depan seiring dengan potensi penurunan suku bunga standar global atau Fed Funds Rate (FFR).

Melfrida Gultom, direktur perbankan konsumen di DBS Indonesia, mengatakan lebih banyak dana diperkirakan akan mengalir ke Indonesia karena The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga utamanya pada akhir tahun ini.

Jika aliran dana ke Indonesia semakin cepat, maka bisnis perbankan Wealth Management akan tumbuh lebih cepat. Selain produk yang sudah ada, produk investasi seperti Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) juga semakin berkembang, seperti sukuk negara atau obligasi pemerintah ritel (ORI).

“Saya kira pemerintah akan semakin fokus pada pengembangan pengelolaan kekayaan global, dan kita berharap arahnya sedemikian rupa sehingga kita bisa memperluas produknya,” ujarnya di Jakarta, Senin (22/07/2024).

Selain itu, Melfrida menambahkan, peluang pertumbuhan bisnis pengelolaan kekayaan juga didorong oleh peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki kekayaan 500 juta rupiah ke atas. Pada April 2024, jumlah rekening dengan simpanan antara 500 juta rupiah hingga 5 miliar rupiah meningkat sekitar 6 persen selama setahun terakhir, menurut data LPS.

Pada periode yang sama, nominal simpanan bank dari Rp500 juta menjadi Rp5 miliar juga meningkat sebesar 9%. “Jadi saya rasa saya sangat optimis [tentang bisnis pengelolaan kekayaan tahun depan], meskipun kabinet [pemerintah Indonesia] sudah berganti dan Amerika punya presiden baru,” jelasnya.

Ia pun meyakini bisnis perusahaan pengelola kekayaan di tahun 2025 akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Melfrida juga mengatakan DBS Indonesia memperkirakan bisnis pengelolaan kekayaannya bisa tumbuh dua digit pada tahun depan. Solusi bagi nasabah DBS

Berdasarkan studi DBS Indonesia Customer Immersion 2024 menunjukkan bahwa segmen retail,priority, dan private banking sama-sama memiliki kebutuhan untuk mencari mitra yang dapat memberikan panduan, mendiskusikan investasi dan peluang bisnis.

Namun, setiap segmen menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Investasi pada segmen ritel merupakan hal yang rumit untuk dipahami, sedangkan segmen perbankan prioritas menyadari tantangan dalam menemukan mitra yang dapat diandalkan untuk mendukung pertumbuhan di seluruh aspek kehidupan, mulai dari keuangan hingga bisnis dan pengembangan pribadi.

Segmen perbankan swasta menghadapi kompleksitas informasi pada saat mereka sibuk melatih generasi berikutnya dan memperkuat bisnis.

Bertujuan untuk mendukung semua segmen, Bank DBS Indonesia memberikan solusi personal sesuai profil masing-masing segmen.

Solusi ini mencakup analisis lokal dan regional, jaringan global Bank DBS, layanan perbankan bisnis dan investasi (Consumer Banking Group dan Institutional Banking Group), dan analisis yang teridentifikasi AI.

Bank DBS Indonesia juga mendorong penetrasi kekayaan dengan meningkatkan literasi keuangan dan memperluas akses terhadap produk investasi digibank ekosistem DBS dengan mitra non-bank di bidang teknologi kekayaan. Kemitraan ini akan berlanjut pada tahun 2025 untuk mempercepat kesejahteraan Bank DBS Indonesia.

Bank DBS Indonesia juga menyelenggarakan rangkaian Wealth Awareness untuk semua segmen, mulai dari Digibank Live & Learn untuk nasabah Digibank hingga Smart Talk untuk DBS Treasures dan DBS Treasures Private Client.

Bank DBS Indonesia juga memperluas akses terhadap solusi investasi lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) yang memberikan potensi imbal hasil tinggi dengan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sejalan dengan Revolusi Pengelolaan Aset dan Modal tahun 2022. “AUM yang berfokus pada ESG di kawasan Asia-Pasifik diproyeksikan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi US$3,3 triliun pada tahun 2026, menurut laporan PwC.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA