Bisnis.com, Jakarta – Kawasan Industri Subang Smartpolitan milik PT Surya Semesta Internus TBK. (SSIA) para bos sepertinya punya magnet tersendiri untuk mengembangkan usahanya. 

Baru-baru ini, ada tiga pengusaha yang berkomitmen mengucurkan dana untuk berinvestasi di lahan industri SSIA yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

Pemilik Grup Djarum, Bank BCA (BBCA) hingga Blibli.com (BELI) adalah Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Selain itu, ada konglomerat asal China, Wang Chuanfu, pemilik merek mobil listrik raksasa BYD Co Ltd.

Diberitakan sebelumnya, setelah raksasa mobil listrik China BYD memasuki kawasan industri SSIA di Subang, baru-baru ini perseroan menjual saham anak usahanya PT Suryabuat Swadaya (SCS) senilai Rp 3,1 triliun kepada PT Anarawata Puspa Utama (APU). Grup Yaram. 

Pada tanggal 13 Mei 2024, SSIA dan Anaravata Pushpa Utama (APU) menandatangani perjanjian jual beli saham dan pengambilalihan saham baru di anak perusahaan Suryabuat Swadaya (SCS). 

SSIA dan APU menyepakati rencana transaksi senilai total Rp3,1 miliar berupa pembelian 55.808.781 saham SCS milik SSIA senilai Rp169,8 miliar, serta akuisisi 962.701.486 saham baru penerbitan SCS9. triliun. 

Setelah selesainya Rencana Transaksi, SCS akan tetap menjadi anak perusahaan yang dikonsolidasi dengan SSIA. Perseroan akan memiliki 1.771.928.821 saham SHS atau 63,5% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. 

Berdasarkan riset bisnis, APU memiliki hubungan dengan PT Bank BCA Suriah. Dalam laporan keuangan perseroan tahun buku 2022, BCA Suriah dan APU dimiliki oleh pemegang saham utama yang sama.  

Pemegang saham mayoritas BCA Syariah adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) 54,94% saham dikuasai oleh PT Dwimuria Investema Andalan milik Hurtono bersaudara.

Dilihat dari kekayaannya, hingga Sabtu (18/5/2024), Forbes Real Time Billionaires mencatat Robert Budi Hartono memiliki kekayaan bersih US$24,8 miliar dan Michael Bambang Hartono memiliki kekayaan bersih US$23,8 miliar. Kekayaan Hartono bersaudara mencapai 48,6 miliar dolar AS atau sekitar 776,53 triliun (kurs 15.978 dolar).

Sekadar informasi, Robert dan Michael Hartono merupakan anak dari Oi Wee Gwan, pendiri Perusahaan Rokok Djarram Kretek. Sepeninggal ayah mereka, keduanya mulai menghidupkan kembali bisnis rokok kretek.  

Bermula pada tahun 1972 di bawah kendali Duo Hartono, Grup Jarum melebarkan sayapnya hingga tahun 1981 menjadi perusahaan manufaktur rokok terbesar di tanah air yang mengekspor dan memproduksi mesin. Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Super dan Djarum Black adalah beberapa produk Djarum yang dikenal masyarakat luas. 

Sempat menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Central Asia Tbk, pundi-pundi Hartono bersaudara pun mengalir dari pasar saham. (BBCA). Sedangkan BBCA merupakan emiten berkapitalisasi besar dengan kapitalisasi pasar Rp 1.201,93 triliun.

Selain itu, mereka juga memiliki Blibli.com di bawah PT Global Digital Nayaga Tbk. (BELI) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR). Emiten lain milik Duo Hartono yang ikut menyumbang kekayaannya antara lain jaringan ritel PT Supra Boga Lestari TBK. (RANC) dan PT Soluci Tunus Pratama Tbk. (SUPR). 

Di sisi lain, Forbes juga menyebutkan Wang Chuanfu memiliki kekayaan bersih sebesar $16,4 miliar atau sekitar 262,03 triliun. Wang Chuanfu mendirikan BYD Co Ltd sebagai perusahaan manufaktur baterai pada bulan Februari 1995, dan kemudian mendirikan merek BYD Auto Electric Car di Shenzhen, Tiongkok pada tahun 2003.

Di balik kesuksesan BYD memasuki pasar kendaraan listrik global, Wang Chuanfu lahir pada tahun 1966 di sebuah desa pertanian di salah satu provinsi termiskin di Tiongkok. Saat remaja, Wang menjadi yatim piatu dan dibesarkan oleh kakak laki-lakinya.

Kini, Wang Chuanfu telah memimpin BYD menjadi perusahaan kendaraan listrik terbesar di dunia berdasarkan penjualan, menguasai 21% pasar global saat ini dan melampaui Tesla pada tahun 2022. 

Faktanya, Berkshire Hathaway milik Warren Buffett sekarang memiliki sekitar 8% saham BYD, setelah menginvestasikan US$230 juta untuk 10% saham pada tahun 2008.

Saat ini BYD telah melebarkan sayapnya dengan membangun fasilitas produksi di berbagai negara di dunia, salah satunya Indonesia. Pabrik pembuatan mobil listrik BYD akan dibangun di kawasan Subang Smartpolitan Tahap 2, tepatnya di kawasan bagian utara. 

Dengan perencanaan ekosistem EV yang komprehensif dan terintegrasi, BYD akan memanfaatkan lahan lebih dari 108 hektar (ha). Langkah selanjutnya adalah pengalihan lahan yang akan dilakukan pada Agustus 2024 setelah penandatanganan perjanjian antara kedua pihak.

BYD merencanakan pekerjaan pengembangan secara bertahap dan diharapkan mulai beroperasi pada Januari 2026.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel