Bisnis.com, JAKARTA: Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan bursa saham Asia lainnya melemah pada perdagangan Senin (08/05/2024). Apa penyebabnya? 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 14.55 WIB, IHSG turun 3,46 persen atau 252,58 poin ke level 7.055,54 dengan nilai perdagangan mencapai Rp 11,11 triliun. Total ada 52 saham menguat, 614 saham melemah, dan 118 saham stagnan.

Penurunan IHSG terjadi pada perdagangan sesi I dengan anjlok 145 poin atau 1,99% ke level 7.162. Situasi kemudian memburuk hingga sesi perundingan kedua.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan sentimen eksternal menekan pergerakan IHSG ketika dirilis data laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 naik positif meski melambat.

“Secara eksternal, pasar Asia sedang terkoreksi dan berada dalam tekanan jual. “Hal ini sejalan dengan sikap pelaku pasar pasca rilis data perekonomian AS,” kata Nico dalam catatan riset. 

Pada perdagangan hari ini, bursa saham Asia seperti indeks Nikkei terkoreksi 12,40%. Sedangkan Indeks Hang Seng turun 1,68% dan Indeks Strait Times turun 4,29%.

Ia mengatakan pada akhir pekan lalu, data non-farm payrolls AS hanya naik 114.000, jauh di bawah perkiraan 175.000. Tingkat pengangguran berada pada angka 4,3% di atas ekspektasi, atau 4,1%. 

“Data-data tersebut membuat pasar khawatir terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat atau bahkan resesi sehingga mendorong pelaku pasar untuk berhati-hati terhadap prospek perekonomian negara tersebut,” tutupnya.

Secara nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan II tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut hanya mencapai 5,05% year-on-year (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun 2024. 2024 yang meningkat sebesar 5,11%.  

Menurut Nico, meski pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, Pilarmas Investindo menilai hal tersebut disebabkan oleh faktor musiman yang menopang aktivitas perekonomian.

Oleh karena itu, kami meyakini pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih cukup positif di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi, ujarnya.

Analis Capital.com Kyle Rodda, dilansir Bloomberg, mengatakan anjloknya pasar saham Asia disebabkan oleh aksi jual panik. 

“Ada banyak pergerakan yang terjadi, namun yang utama adalah perlambatan perekonomian Amerika. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global,” jelasnya. 

Selain itu, melemahnya nilai tukar yen Jepang juga menambah tekanan pada pasar saham negeri samurai tersebut. Sentimen ini pun mendorong investor melakukan aksi jual signifikan. 

 

———————————

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel