Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan menantikan lebih banyak likuiditas di perbankan Indonesia. Mengurangi perebutan modal di pasar Hal ini berdampak pada peningkatan biaya modal. dan dukungan penyesuaian suku bunga pinjaman

Seperti diketahui, BI tengah meningkatkan suntikan likuiditas ke perbankan sebesar Rp81 triliun. Alhasil, mulai 1 Juni 2024, kebijakan Stimulus Likuiditas Makroprudensial (KLM) pada Juni akan mencapai Rp 246 triliun.

Bapak Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia mengatakan, kebijakan tambahan stimulus merupakan upaya bank sentral untuk memastikan dapat mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 10%-11% pada tahun ini.

“Kami tetap yakin pertumbuhan pinjaman sebesar 10%-11% masih dapat dicapai. Artinya, dengan peningkatan likuiditas. Dan bank yang menyalurkan pinjaman bisa menggunakan SBN untuk dibeli kembali di BI,” ujarnya dalam konferensi pers dikutip, Kamis (5 September 2018/2024).  

Kecuali bahwa amunisi tambahan bagi bank juga akan membantu memastikan mereka memiliki likuiditas yang diperlukan untuk melunasi pinjaman. Oleh karena itu, perbankan tidak perlu menaikkan suku bunga kredit.

Dari sisi pemain, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) senang dengan hal tersebut. Perusahaan percaya bahwa hal ini akan membantu mengurangi biaya pendanaan sampai batas tertentu.

Lani Darmawan, Chairman CIMB Niaga, berencana memangkas biaya pendanaan sebesar 15-20 basis poin (bps) pada kuartal I 2024, naik 62 bps dari periode yang sama. tahun lalu menjadi 2,79%

“[Sementara itu] [Coc] biaya kredit membaik karena perbaikan kualitas aset di hampir semua lini bisnis. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan portofolio yang terus berlanjut. Pendebetan dan pembayaran rutin,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6 Mei 2024).

Tak hanya dari pihak swasta, BUMN seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) pun tak bisa memungkiri bahwa salah satu tantangan utama industri perbankan saat ini adalah rendahnya likuiditas dan tingginya biaya pendanaan.

Ramon Armando, Sekretaris BTN, mengatakan menghadapi situasi pelik seperti itu, perbankan tidak punya pilihan selain mengkaji ulang target pertumbuhan kreditnya.

“Jika kita tidak menjaga keseimbangan antara tujuan kredit dan biaya finansial, maka akan mempengaruhi profitabilitas perbankan,” ujarnya kepada Bisnis.

Karyawan mengatur kas di cash center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Jakarta, Kamis (14 Maret 2024) Bisnis/Eusebio Krishnamurti.

Oleh karena itu, dalam konteks ini, Para Pihak menyambut baik langkah bank sentral untuk mengurangi likuiditas pasar dengan berbagai cara.

Menurut dia, tambahan likuiditas dapat diberikan melalui kebijakan insentif makroprudensial likuiditas (KLM). Oleh karena itu, kami berharap kenaikan biaya dana tersebut dapat ditekan. Dan bank akan meningkatkan selisih kredit lagi.

“Tetapi harapan terbesarnya adalah perekonomian makro membaik. Nilai tukar stabil. Dan inflasi terus terkendali. Suku bunga acuan bisa turun lagi. Penurunan suku bunga akan menyebabkan perbankan kembali ke jalur semula. jalur pertumbuhan,” katanya.

Khususnya, BTN mencatatkan CoF sebesar 4,2% pada Maret 2024, naik 60 basis poin dari 3,6% tahun lalu sebesar 11%-12%, sejalan dengan penyesuaian suku bunga acuan BI menjadi 6,25%.

Sebelumnya, Direktur BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan keputusan tersebut diambil untuk mengantisipasi tingginya bunga dan ketatnya persaingan dana pihak ketiga (DPK).

Senada, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) dari kelompok bank daerah juga menilai kebijakan KLM BI memberikan likuiditas yang cukup.

“Analisis kami terhadap insentif tersebut berdampak pada pengelolaan GWM BJTM yang sebelumnya rata-rata sebesar R6,92 triliun. Atau setara sekitar 3,84 triliun rupiah,” kata Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman kepada Bisnis, Rabu (6/5/2024).

Busrul mengatakan, perbedaan aset dapat meningkatkan aset produktif. Hal ini pada akhirnya akan mampu meningkatkan portofolio BJTM.

“Dengan likuiditas yang lebih longgar, akses terhadap dana BJTM murah tetap baik sehingga suku bunga pinjaman yang ada tetap cukup kompetitif,” tutupnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel.