Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyambut baik keputusan pemerintah yang menghimpun Dana Pariwisata Berkelanjutan atau Indonesia Tourism Fund (ITF) melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Maulana Yusran, Kepala Divisi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Apindo, mengatakan pemerintah tidak boleh membebani industri pariwisata dan masyarakat dengan biaya pariwisata sebagai sumber pendanaan ITF seperti yang direncanakan di masa lalu.
“Tetapi tidak semua orang yang mobile perlu bepergian. Ada yang berbisnis, ada yang beragama,” kata Alan, Jumat (10/5/2024).
Selama ini, kata Alan, banyak pajak yang dipungut dari sektor pariwisata. misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pajak hiburan berupa retribusi daerah. Ada pula pungutan dalam bentuk Pendapatan Negara Tidak Kena Pajak atau PNBP.
Alan menilai tidak etis jika pemerintah memungut pajak tambahan kepada pelaku usaha dan masyarakat melalui pungutan yang begitu besar.
Menurut dia, SPT yang ada seperti PNBP harus direstrukturisasi agar bisa lebih dimanfaatkan di sektor pariwisata. Dengan begitu, masyarakat bisa melihat kontribusi devisa dan pendapatan dalam negeri (PAD) yang diterima pemerintah.
Selain itu, terakhir jika dana perjalanan dibebankan ke APBN. Diharapkan pengeluaran tidak berkurang pada program-program yang harus selalu ada seperti promosi destinasi dan promosi.
“Jangan remehkan apa yang harus dilakukan. Itu juga tidak menarik,” tegasnya.
Untuk informasi anda; Pemerintah memutuskan untuk tidak membiayai pariwisata dengan mengorbankan pariwisata. Dulu, pemerintah berencana memungut biaya layanan perjalanan dari tiket pesawat.
“Pendanaan untuk pariwisata berkelanjutan tidak dikumpulkan melalui biaya wisata; Saya menulis ini. “Itu menjadi perbincangan pada pekan lalu dan ramai diperbincangkan,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandigaga Salahuddin Uno dalam jumpa pers, Selasa (7/5/2024).
Saat ini, pihaknya mengusulkan untuk tidak memungut dana perjalanan dari wisatawan, termasuk wisatawan domestik.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraft) mengusulkan pengumpulan dana pariwisata melalui APBN. Pasalnya, kata Sandi, kontribusi pariwisata terhadap pendapatan sangat besar, dan sektor ini diperkirakan akan menghasilkan devisa sebesar US$15 miliar hingga US$20 miliar pada tahun 2024.
Pemerintah menargetkan Rp 2 triliun untuk pariwisata tahap pertama. Dana ini diharapkan dapat dijadikan modal untuk mendorong promosi sektor pariwisata.
Cek Google News dan berita serta artikel lainnya di WA Channel.