Bisnis.com, Jakarta – Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David E. Sumual meyakini keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga bank sentral menjadi 5,25%-5,5% akan berdampak pada nilai tukar rupee.

Meskipun ada tekanan terhadap rupiah baru-baru ini, posisi “longer high” telah menjadi bagian dari perhitungan Bank Indonesia untuk menjaga nilai tukar tetap stabil. Rupee cenderung stabil pada posisinya saat ini, kata David.

“Keputusan The Fed telah mempengaruhi tekanan terhadap rupee baru-baru ini. “Sejauh ini pasar terpengaruh oleh harga, jadi kemungkinan besar akan stabil,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (13/06/2024).

Berdasarkan ekspektasi terhadap stabilitas rupiah, David yakin Bank Indonesia akan terus mempertahankan kebijakan moneter yang ketat. Bank Indonesia diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga BI dalam waktu dekat dan akan menunggu Federal Reserve menurunkan FFR terlebih dahulu.

“Sikap kebijakan moneter BI masih ketat. “BI masih belum melakukan pemotongan suku bunga dan menunggu The Fed menurunkan suku bunganya,” ujarnya.

Selain menjaga FFR dari 5,25% menjadi 5,5% berdasarkan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu waktu setempat, pejabat The Fed juga mengindikasikan akan memangkas suku bunga hanya sekali. Bertahun-tahun

Josua Pardede, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, mengatakan FFR diperkirakan akan turun pada Desember dan pihaknya yakin ruang penurunan suku bunga BI akan beralih ke awal tahun 2025. Indonesia akan terus berupaya menjaga positif spread instrumen keuangan dalam negeri dan menjaga stabilitas, sehingga BI akan menurunkan suku bunga setelah The Fed menurunkan FFR terlebih dahulu.

Dalam keterangan resminya, Kamis (13/6/2024) ia mengatakan, “Kami merencanakan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 15.900 hingga 16.300 per dolar AS pada akhir tahun 2024.

Pada akhir perdagangan hari ini, rupee menguat 24,5 poin atau 0,15% ke Rp16.270. Indeks dolar AS naik 0,12% menjadi 104.775.

Sementara itu, Bank Indonesia sebelumnya menaikkan suku bunga BI sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada April 2024 untuk meredam pelemahan rupiah dengan mempertahankannya di level 6% mulai Oktober 2023. Hal ini sesuai dengan skenario awal BI berdasarkan rencana penurunan suku bunga baru The Fed pada akhir tahun.

Gubernur BI Perry Vargio baru-baru ini mengatakan: “Dalam skenario kami, kemungkinan terjadinya base case lebih besar dari 75%. The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps pada kuartal keempat tahun 2024, yang mungkin terjadi pada bulan Desember 2024”.

Oleh karena itu, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI rate sebesar 6,25% hingga akhir tahun 2024 dengan imbal hasil obligasi Rupee 10 tahun antara 6,90% hingga 7,20%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel