Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan perlunya dukungan insentif bagi industri minuman seiring dengan rencana penerapan tarif cukai minuman kemasan manis (MBDK) pada tahun 2025.
“Kami bagian dari pemerintah, Kemenperin juga menjadi pengawas industri. Kami akan terus menerapkan atau berdiskusi dengan pelaku industri bagaimana cara terbaik untuk mengajukan kelanjutan terkait cukai,” kata Agus, Kamis (19/9). /2024).
Agus mengatakan pihaknya saat ini sedang memikirkan bagaimana agar rencana penerapan cukai manis tidak menurunkan daya beli masyarakat. Sebab, menurunnya daya beli masyarakat dapat menyusahkan industri.
Untuk itu, pemerintah mempertimbangkan instrumen pendukung untuk meningkatkan daya beli produk di masyarakat, salah satunya dengan memberikan insentif kepada produsen minuman manis kemasan.
“Saya kira insentif itu sangat penting, apalagi secara umum, jadi kalau daya belinya turun, tapi di satu sisi ada instrumen yang menurunkan kemampuan masyarakat membeli produk, maka kita harus mencari jalan keluarnya,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR (BAKN DPR) menyetujui usulan tarif cukai minuman manis kemasan sebesar 2,5% pada tahun 2025 dan ditingkatkan secara bertahap menjadi 20%.
Hal itu tertuang dalam penutup Rapat Kerja BAKN DPR dengan Menteri Keuangan tentang Cukai Hasil Tembakau (CHT) pada masa sidang I tahun 2024-2025. Kesimpulan rapat dibacakan dalam Rapat Kerja BAKN DPR dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Selasa (10/9/2024).
BAKN dan pemerintah telah menyepakati usulan tarif cukai MBDK atau cukai minuman manis. Badan legislatif dan eksekutif telah menyepakati usulan kenaikan tarif cukai minuman manis minimal 2,5% pada tahun depan.
“BAKN merekomendasikan pemerintah menerapkan cukai MBDK minimal 2,5% pada tahun 2025, dan bertahap hingga 20%,” kata Wahyu, Selasa (10/9/2024).
Cek berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel