Bisnis.com, Jakarta – Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) membeberkan dampak kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk. Atau Sritex (SRIL) untuk kinerja perusahaan. Citi Indonesia merupakan salah satu pemberi pinjaman pada perusahaan obligasi asal Jawa Tengah ini.
CEO Citi Indonesia Batara Sianduri mengatakan seluruh pinjaman ke Sritex saat ini dalam kondisi baik, artinya dianggap macet dan sudah dilakukan pencadangan. Hal ini tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) Citi Indonesia yang berada pada angka 0% per September 2024.
“Jadi artikel ini disampaikan, bukan hanya tahun ini, tahun-tahun sebelumnya sudah disampaikan,” ujarnya dalam pemaparan triwulan III 2024, Rabu (13/11/2024).
Oleh karena itu, kebangkrutan Sritex hingga saat ini tidak mempengaruhi kinerja keuangan perseroan, tegasnya.
Senada, Chief Financial Officer (CFO) Citi Indonesia Sujanto Su mengatakan, besarnya utang Sritex tidak mempengaruhi kinerja keuangan karena cadangan penuh telah dibuat.
“Jadi, buku-buku kita sudah diserahkan seluruhnya, jadi tidak mempengaruhi kinerja kita tahun ini,” ujarnya.
Berdasarkan dokumen Bisnis, hingga Juni 2024, utang Citi Indonesia kepada Sritex mencapai USD 35.826.893. Dengan nilai tukar 16.375 USD, jumlah tersebut bernilai 586,67 miliar atau 1,84% dari pasar obligasi Indonesia. 31,94 triliun pada periode yang sama.
Sebelumnya, Badan Jasa Keuangan (OJK) menyebut lembaga keuangan tersebut telah memberikan pinjaman kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk. Atau Sridex menjangkau 27 bank dan 3 lembaga multifinance.
Dian Ediana Ray, Direktur Jenderal Pengawasan Perbankan dan anggota Dewan Komisioner OJK, mengatakan perbankan berhati-hati dalam menyalurkan kredit, termasuk pinjaman baru ke Sritex.
Diane pada konferensi pers keputusan kebijakan jasa keuangan dan OJK untuk RDKB Oktober 2024, Jumat (1)/11/2024.
Kunjungi situs web Google dan saluran WA untuk berita dan artikel lainnya