Bisnis.com, Jakarta — Beberapa perusahaan pinjaman online (Panjul) atau Fintech Peer-to-Peer Lending menyalahkan jatuhnya kelas menengah sebagai penyebab meningkatnya kredit macet.

Evan Nichols, CEO grup dan salah satu pendiri Acceleran, mengatakan peningkatan jumlah kredit macet di platform pinjaman P2P tidak terkait langsung dengan penurunan kelas menengah.

Berdasarkan data Badan Jasa Keuangan (OJK), tunggakan kredit macet bagi masyarakat usia kerja berusia 35 hingga 54 tahun meningkat dari Rp541,26 miliar pada Juni 2023 menjadi Rp557,34 miliar pada Juni 2024. miliar dari Rp. Namun, tingkat tunggakan 90 hari (TWP90) secara keseluruhan membaik menjadi 2,79% secara tahunan dan bulanan pada bulan Juni 2024.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan antara tahun 2019 hingga 2024, terdapat sekitar 9,4 juta penduduk kelas menengah yang masuk dalam kelompok kepentingan kelas menengah, sehingga total jumlah kelas turun menjadi 47,85 juta orang. Pada tahun 2023, jumlah tersebut tercatat sebanyak 48,27 juta orang.

Ivan mengatakan, “Saya tidak secara langsung menyimpulkan bahwa kenaikan kredit macet disebabkan oleh runtuhnya kelas menengah. Bisnis, baru-baru ini (4/9/2024).

Ivan menjelaskan, kualitas kredit P2P lending sangat dipengaruhi oleh faktor suku bunga Bank Indonesia. Ketika suku bunga naik, maka bunga pinjaman juga meningkat, sehingga meningkatkan beban bunga peminjam dan meningkatkan risiko kredit macet.

Ia menjelaskan: “Dalam skala lebih kecil, risiko kredit bergantung pada apakah pemeringkatan kredit dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Jika dilakukan secara hati-hati, risiko kredit macet dapat dikurangi.”

Accelerator belum memiliki strategi khusus untuk menghadapi penurunan kelas menengah saat ini, namun Evan mengatakan perseroan terus memantau kondisi perekonomian dan akan melakukan penyesuaian manajemen risiko jika diperlukan.

“Saat ini TWP90 di Acceleron tergolong rendah yakni 0,13%. Kami yakin TWP90 akan tetap stabil dan rendah di masa depan, apalagi jika suku bunga BI diturunkan dalam beberapa bulan ke depan. Akan ada sentimen positif,” kata Ivan.

Pada tahun 2024, Acceleran menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp3,4 triliun. Beliau menegaskan, kami akan terus berupaya mencapai tujuan tersebut.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel