Bisnis.com, JAKARTA – Dividen menjadi salah satu tujuan investor dalam mengoleksi saham, terutama saham-saham yang memiliki fundamental kuat dan prospek bagus. Ini adalah cara mudah menghitung dividen saham sebagai panduan investasi yang menguntungkan.

Dalam investasi saham, potensi keuntungan bisa berasal dari dua hal: capital gain dan profit. Sederhananya, capital gain adalah keuntungan dari kenaikan harga suatu saham atau keuntungan selisih harga beli dan harga jual ketika seorang investor membeli suatu saham dengan harga lebih rendah dan menjualnya dengan harga lebih tinggi.

Andi, misalnya, tahun lalu membeli saham X dengan harga Rp 1.000 per saham, sehingga ia membayar Rp 1 juta saat membeli 10 baht atau 1.000 saham.

Hari ini Andi menjual sahamnya seharga Rp 1.000. Artinya Andi mendapat 20% modal atau keuntungan Rp 200.000 dari modalnya untuk membeli X saham.

Manfaat lain mungkin datang dari dividen. Misalnya, emiten X membagikan dividen Rp 50 per saham kepada setiap pemegang saham.

Andi, pemegang saham 1.000 X, juga mendapat uang Rp 50.000 dari perseroan.

Gambaran ini menunjukkan bahwa dividen merupakan keuntungan yang juga dicari oleh investor saham. Jadi apa itu dividen? Arti pembagian

Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), dividen adalah pembagian keuntungan yang dibayarkan suatu perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkannya. Saham tersebut diterbitkan setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Produsen atau perusahaan publik yang terdaftar di bursa dapat membagi dividen menjadi dua kategori: pembagian tunai dan dividen.

Dividen tunai adalah pembayaran tunai dalam bentuk rupee yang dilakukan emiten kepada investor untuk setiap saham yang dimilikinya, seperti contoh di atas ketika Andi menerima dividen dari X saham.

Sebaliknya dividen saham merupakan pemberian sebagian saham kepada investor, sehingga pemegang saham investor tersebut bertambah setelah pembagian dividen. Cara mendapatkan dividen

Investor yang ingin menerima dividen harus memegang saham tersebut dalam jangka waktu tertentu. Investor jangka panjang juga memiliki kesempatan untuk menerima dividen secara berkala.

Untuk menerima dividen, investor harus mendaftar sebagai pemegang saham pada tanggal jumlah totalnya. Apa itu sejarah?

Tanggal konsolidasi atau tanggal konsolidasi adalah tanggal dimana investor berhak memperoleh keuntungan dari emiten. Investor yang memegang saham pada saat jatuh tempo berhak mendapatkan keuntungan, namun jika membeli setelah tanggal jatuh tempo maka tidak berhak mendapatkan keuntungan.

Misalnya Produser X yang memutuskan tanggalnya Kamis (27/6/2024). Jika Andi tetap memegang saham X hingga penutupan usaha pada Kamis (27/6/2024), Andi berhak menerima dividen dari saham X tersebut.

Lain halnya jika Andi membeli saham X pada Jumat (28/6/2024), maka ia tidak berhak mendapat dividen apa pun dari saham X tersebut.

Namun perlu diketahui, tidak semua produsen atau perusahaan membagikan dividen, karena hal tersebut bergantung pada posisi keuangan perusahaan dan keputusan RUPS. Biasanya, perusahaan yang mengalami kerugian atau berada dalam situasi keuangan yang sulit tidak membagikan dividen, namun produsen yang menguntungkan dengan pandangan positif selalu berusaha untuk membagikan dividen agar sahamnya lebih menarik bagi investor. Cara menghitung distribusinya

Setiap investor berpengalaman dan baru dapat dengan mudah menghitung keuntungannya. Untuk menghitungnya, investor dapat mengumpulkan sejumlah informasi, biasanya dari RUPS atau pengumuman perusahaan.

Investor harus mengetahui terlebih dahulu rasio pembayaran dividen (DPR), yaitu persentase keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.

Produsen Z, misalnya, telah mengumumkan akan membagikan 50% laba bersihnya sebagai keuntungan. Artinya nisbah penyaluran atau DPR dari rasio Z adalah 50%.

Investor kemudian dapat mengetahui jumlah seluruh saham yang dimiliki investor, yang disebut dengan saham beredar. Informasi dividen yang terlihat diperlukan untuk menghitung jumlah laba yang tersedia per saham. Contoh perhitungan dividen

Emiten Z memiliki 100 juta saham, dengan rincian 50 juta saham dipegang oleh Tuan. Arief yang memiliki dan mengelola 20 juta saham milik PT XYZ dan 30 juta saham milik masyarakat atau saham yang diperdagangkan di bursa.

Artinya saham Z sebanyak 100 juta lembar.

Z Production mengumumkan meraup laba bersih Rp 2 miliar dan akan membagikan dividen Rp 1 miliar. Artinya, Dividen Yield Ratio (DPR) Z Ratio adalah 50%.

Oleh karena itu, rumus menghitung dividen per saham adalah:

(Laba Bersih x DPR): Saham Beredar = (Rp 2 Miliar x 50%)

Diketahui dividen saham Z sebesar Rp 10 per saham.

Jika investor memiliki lebih dari 1 saham Z pada hari penutupan, ia berhak mendapat nilai Rp 1.000. Cara menghitung hasil dividen

Untuk menentukan besarnya hasil dividen, investor dapat membandingkan nilai hasil dividen tersebut dengan nilai saham yang dimilikinya. Ini bisa menjadi ukuran persentase pengembalian investasi saham.

Misalnya saham Z di atas membagikan dividen Rp 10 per saham. Andi tercatat membeli saham Z saat harganya Rp 200 per saham, berikut cara menghitung hasil dividen:

Dividen : Nilai dividen = 10 : 200 = 0,05 = 5%

Oleh karena itu, hasil dividen atas saham Z adalah 5%.

Hasil dividen juga bisa menjadi indikator daya tarik suatu saham. Artinya, semakin tinggi hasil dividen, maka semakin besar pula peluang memperoleh keuntungan ketika mengumpulkan saham tersebut.

Keuntungan dari investasi saham dapat diperoleh dari peningkatan modal dan hasil dividen pada saat yang bersamaan. Misalnya Andi membeli saham Z seharga Rp 200 dan mendapat dividen 5%, namun kini harga saham Z naik menjadi Rp 220, sehingga Andi berpotensi naik 10% jika menjual saham tersebut.

Demikianlah penjelasan mengenai cara menghitung harga saham dan cara menghitung imbal hasil dividen dengan mudah.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA