Bisnis.com, Jakarta – Infeksi streptokokus toksik shock syndrome (STSS) yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes grup A sedang menyebar di Jepang, dengan lebih dari 1.000 kasus di Jepang dan telah menjadi masalah global.

Bakteri ini disebut “pemakan daging” karena dapat merusak kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Penularan STSS terjadi melalui pernafasan dan droplet (percikan air liur atau lendir) dari orang yang sakit.

Namun yang mengkhawatirkan adalah tingkat penularan STSS jauh lebih rendah dibandingkan COVID-19. Masyarakat diimbau menerapkan pola hidup sehat, menggunakan masker jika sakit, dan rutin mencuci tangan.

Ada banyak cara untuk mencegah penyebaran infeksi ini. Kepala Dinas Komunikasi dan Pelayanan Publik, Dr. Sati Nadia Tarmizi mengatakan salah satunya adalah dengan menjalani pola hidup sehat.

“Yang terpenting saat ini adalah terus menerapkan kebiasaan baik yang dikembangkan selama pandemi COVID-19, seperti mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker, untuk mengurangi penyebaran droplet pernapasan,” kata Dr. Demikian Nadia mengutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan.

STSS diobati dengan antibiotik. Sejauh ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri “pemakan daging” ini.

Kasus STSS yang dilaporkan di Jepang biasanya merupakan kasus nosokomial yang disebabkan oleh bakteri streptokokus, yang biasanya muncul dengan gejala faringitis atau faringitis atau faringitis.

Infeksi STSS bisa berakibat fatal karena pasien dapat mengalami sepsis dan kegagalan banyak organ. Namun penyebab pastinya belum diketahui karena gejala STSS biasanya ringan dan dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat.

“Sejauh ini belum ada kasus bakteri ‘pemakan daging’ di Indonesia,” kata dr. Kota Nadia Tarmizi mengutip situs resmi Kementerian Kesehatan.

Namun, pihaknya akan terus memantau situasi penyakit mirip influenza (ILI) – surveilans infeksi saluran pernafasan akut parah (SARI) dan penelitian genom.

Jepang telah melaporkan kasus infeksi streptokokus dalam sistem pelaporan pengawasannya sejak tahun 1999. Terdapat 941 kasus yang dilaporkan pada tahun 2023 dan jumlah ini meningkat menjadi 977 kasus pada bulan Juni 2024.

Saat ini tidak ada pembatasan perjalanan ke dan dari Jepang terkait STSS.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai peningkatan kasus IGAS atau penyakit streptokokus invasif grup A, termasuk STSS, di Eropa pada Desember 2022, tidak ada rekomendasi untuk membatasi perjalanan ke negara terdampak.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel