Bisnis.com, JAKARTA – Baik untuk berlibur, bekerja, atau sekadar bersantai, akomodasi menjadi bagian penting dalam sebuah perjalanan.

Meski setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam memilih tempat menginap, namun menginap di hotel seringkali membuat perempuan merasa tidak nyaman dan tidak aman.

Survei yang dilakukan J-Net21 menunjukkan bahwa hanya 20% perempuan yang merasa puas dengan penggunaan hotel, yang menunjukkan bahwa kebutuhan akan kepuasan kantong, serta keamanan bagi perempuan terus menjadi tantangan.

Oleh karena itu, sebagai solusi khusus, Bobobox telah memberikan Bobopod desain yang memenuhi standar internasional keselamatan pria dan wanita serta fitur-fitur yang menjamin perlindungan dan privasi selama Anda menginap.

Layanan ini mencakup akses pintu masuk utama yang hanya bisa dilewati oleh tamu, pemasangan lampu dan kamera pengintai di area populer hotel, sistem akses kamar berteknologi tinggi dan tanda unik untuk masing-masing tamu, serta nol kebijakan toleransi. terhadap homoseksualitas.

Dengan berbagai langkah yang dilakukan, Bobopod berhasil menjadi tempat yang aman dan nyaman, dengan 46% tamunya adalah perempuan.

Bobobox juga meningkatkan penerapan prinsip residensial. Hal ini terkait dengan hasil laporan dampak periode tahun 2023 yang bertajuk Delivering Excellence Through Sustainable Practices.

Laporan ini menegaskan komitmen, program dan hasil Bobobox dalam integrasi prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) dalam operasional perusahaan.

Menurut Co-Founder dan CEO Bobobox, Indra Gunawan, keberlanjutan adalah landasan utama kami dalam membangun perusahaan yang penting bagi seluruh pemangku kepentingan.

“Melalui laporan ini, kami ingin menunjukkan bagaimana komitmen tersebut tercermin dalam seluruh upaya yang kami lakukan, serta berbagai tingkatan yang telah dicapai berkat dukungan dan kerja sama seluruh pihak yang terlibat”. dia berkata.

Dalam laporan ini, langkah-langkah strategis yang diterapkan Bobobox adalah sebagai berikut. Pertama, mengurangi jejak karbon dari industri pariwisata dengan mengurangi frekuensi penggantian handuk dan seprai selama Anda menginap, dan mengurangi penggunaan air kemasan dengan menyediakan air minum, dan menawarkan kredit karbon untuk para tamu yang ingin berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dengan menggunakan fitur pengalih karbon offset di aplikasi Bobobox.

Melalui berbagai inisiatif, Bobobox berhasil mengurangi jejak karbonnya sebanyak lebih dari 22.000 kilogram pada tahun 2023 dengan menggunakan lebih dari 83.000 botol plastik dan 1.160 kg plastik. sampah dalam satu tahun. Selain itu, upaya mengurangi jumlah penggantian handuk dan sprei juga mengurangi penggunaan air setara 20 galon atau 76 liter yang biasa digunakan untuk mencuci peralatan.

Limbah dan limbah dari proses produksi kemudian dikurangi melalui sentralisasi. Dalam waktu kurang dari satu tahun sejak berdirinya pusat ini, Bobobox telah berhasil mengurangi penggunaan Wood-Plastic Composite (WPC) sebesar 1,4% dan penggunaan Polyvinyl Klorida (PVC) sebesar 13,2%. Selain itu, angka tersebut juga mempertegas kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan proses produksi, memperkuat pengukuran, pemotongan, dan penggunaan material.

Ketiga, membangun solidaritas dengan merancang produk yang ramah terhadap perempuan, kelompok kurang mampu, dan lansia. Beberapa pembaruan pada aplikasi antara lain penerapan skema warna yang berbeda, peningkatan keterbacaan teks dan elemen grafis, serta penyediaan fitur khusus berupa perangkat sentuh untuk memudahkan navigasi saat halaman dijangkau.

Keempat, memperkuat partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal Dibandingkan dengan hasil tahun pelaporan sebelumnya, Bobobox menunjukkan peningkatan signifikan dalam kontribusinya terhadap masyarakat sekitar. 

ESG Program Manager Bobobox, Satria Gundara, juga menekankan pentingnya kerja sama semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi terhadap tantangan lingkungan dan sosial, termasuk perubahan iklim dan kesetaraan sosial.

“Kami percaya bahwa mengatasi tantangan ini memerlukan kerja sama dan komitmen kolektif dari seluruh pemangku kepentingan. “Dukungan masyarakat dari pemerintah, dunia usaha, dan swasta terhadap rantai pasok, serta perubahan kehidupan masyarakat menjadi kunci untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Satria dalam kesimpulannya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel