Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus meningkatkan ekspor bahan baku industri untuk meningkatkan cadangan devisa yang turun hingga $149,9 miliar pada September 2024.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antony Arif mengatakan beberapa produk industri utama, khususnya logam dan minyak sawit mentah (CPO) atau minyak sawit dan produk lainnya, mengalami penguatan. 

“Kami menunggu pembiayaan perbankan setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunganya,” kata Febry dalam pertemuan di gedung Kementerian Perindustrian, Senin (10/7/2024). 

Menurut Febry, pemberian pembiayaan preferensial dari perbankan dalam bentuk suku bunga rendah akan mendorong industri berorientasi ekspor untuk meningkatkan dan memperluas operasionalnya di kancah global. 

Namun sejak Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI rate menjadi 6% pada September 2024, suku bunga kredit perbankan belum mengalami penurunan. Sektor manufaktur sebenarnya memerlukan kredit investasi dan produksi. 

“Kami yakin jika penyaluran kredit perbankan ke sektor manufaktur juga menurun, maka hal tersebut akan merangsang sektor manufaktur, khususnya manufaktur yang berorientasi ekspor,” jelasnya. 

Ia mencontohkan perlunya pinjaman usaha berbunga rendah pada industri furnitur yang merupakan salah satu industri berorientasi ekspor, di saat situasi perekonomian global sedang melemah. 

“Kami mendapat informasi bahwa [suku bunga belum diturunkan] sejak Bank BI menurunkan suku bunga, perbankan juga tidak menurunkan suku bunga,” tutupnya. 

Sebagai informasi, neraca Bank Indonesia pada akhir September 2024 tercatat sebesar $149,9 miliar, turun tipis dibandingkan level tertinggi bulan lalu sejak Desember 2023. Posisi tersebut lebih rendah dibandingkan cadangan devisa pada akhir Agustus 2024. Senilai $150,2 miliar.  

Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi BI, mengatakan posisi tersebut relatif stabil dan sedikit berkurang karena adanya kewajiban utang pemerintah.

Dalam keterangan resminya pada 10 Juli 2024, ia mengatakan, “Perkembangan cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.  

Denny mengatakan, posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan 6,6 bulan impor, atau 6,4 bulan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan impor tersebut berada sekitar 3 bulan di atas standar kecukupan internasional. 

Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA