Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa otomotif asal China yakni BYD (Build Your Dreams) dan VinFast, produsen mobil listrik asal Vietnam dikabarkan siap membangun pabrik di Indonesia.

Dalam laporannya, BYD akan membangun pabrik di Kawasan Industri Smartpolitan Subang dengan nilai investasi lebih dari 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp16 triliun (perkiraan kurs: Rp16.008).

Lebih dari itu, VinFast juga telah menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi sebesar 1,2 miliar USD atau setara Rp 19,2 miliar di India.

Menanggapi hal tersebut, Bapak Rivan Munansa, Head of Industry and Transport Colliers Indonesia mengatakan bahwa peluang ini diharapkan dapat memberikan efek positif bagi industri nasional di masa depan.

Pak Rivan kepada Bisnis mengatakan, Senin (6/5/2024) bahwa “karena ada kemungkinan perang tarif antara Amerika Serikat dan China, maka dampaknya akan positif bagi sektor industri karena banyak orang yang berinvestasi di Indonesia”, Rivan kepada Bisnis, Senin (6/5/2024).

Oleh karena itu, Pak Rivan mengimbau pemerintah tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mengelola proses investasi dengan mudah.

Selain itu, Rivan mendesak pemerintah untuk menjaga iklim investasi yang positif di tengah situasi perekonomian global yang tidak menentu.

“Pemerintah kita harus siap mendukung dan menyediakan lingkungan investasi yang baik, mengurangi birokrasi. Karena rata-rata mereka memutuskan berinvestasi dengan cepat dan ingin bertindak secepat mungkin,” ujarnya.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (HKI), Sanny Iskandar membenarkan bahwa BYD dan VinFast masuk ke Indonesia untuk mengembangkan bisnis pertanian lokal di masa depan.

Alasannya adalah industri penyumbang terbesar mempunyai rantai pasok yang luas. Ia memperkirakan akan banyak industri pendukung lainnya yang masuk ke Indonesia dengan rencana pembangunan pabrik Build BYD dan VinFast.

“Jika BYD dan VinFast masuk, tentunya vendor supply chain dari tier 1 dan tier 2 juga akan masuk. Terutama perusahaan yang terafiliasi langsung dengan perusahaan China dan Vietnam,” jelasnya.

Untuk investasi kedua produsen mobil jumbo tersebut, kata Pak Sanny, riset pemberian insentif menjadi elemen utama yang harus diperhatikan pemerintah saat ini.

Pak Sanny juga meminta pemerintah aktif memberikan insentif dan fasilitas untuk memfasilitasi kontrak investasi.

“Sekali lagi investasi bisa dimana saja, Indonesia punya pasar dalam negeri yang cukup besar, tapi untuk menentukan lokasi atau lokasi industri di dalam negeri, selalu diperlukan insentif dan fasilitas, termasuk kepastian hukum, itu memang perlu,” tutupnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel