Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Kanada memutuskan menaikkan tarif impor hingga 100% pada kendaraan listrik asal China, seperti BYD. Tak hanya itu, Kanada juga memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap impor baja dan aluminium dari Tiongkok.
Keputusan Kanada tersebut menyusul langkah Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang sudah menaikkan tarif impor kendaraan listrik dari Tiongkok.
Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau menyebut kebijakan tersebut sebagai upaya mengakhiri perang harga yang akan melemahkan kemampuan Kanada bersaing di sektor kendaraan listrik.
Akibatnya, ibu kota Kanada, Ottawa, mengambil tindakan terhadap kebijakan kelebihan produksi yang diterapkan Trudeau di Tiongkok.
“Ottawa akan terus bekerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutu lainnya untuk memastikan konsumen di seluruh dunia tidak dirugikan oleh praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan negara-negara seperti Tiongkok,” kata Trudeau kepada Reuters, Sabtu (31 Agustus 2024).
Misalnya, lalu lintas Kanada dari Tiongkok diperkirakan akan tumbuh 460% year-over-year (YoY) menjadi 44,356 ton pada tahun 2023 di pelabuhan terbesar Vancouver. Peningkatan impor dipimpin oleh Tesla yang mulai mengirimkan kendaraan listrik buatan Shanghai, Tiongkok ke Kanada.
“Tarif 100% akan berlaku pada 1 Oktober 2024, dan yang terpenting adalah kita bekerja sama untuk konsisten dengan perusahaan lain di seluruh dunia,” tutup Trudeau.
Di sisi lain, He Yadong, juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, mengatakan bahwa kebijakan Kanada melemahkan integritas rantai pasokan dan perusahaan global, serta mempengaruhi sistem ekonomi dan peraturan perdagangan internasional.
Sebab, WTO mengatur perdagangan bebas dan sistem perdagangan multilateral berbasis aturan.
“Tetapi mereka [Kanada] secara terang-terangan melanggar peraturan Organisasi Perdagangan Dunia, secara membabi buta mengikuti beberapa negara, dan mereka secara sepihak mengumumkan kenaikan, yang merupakan bentuk proteksionisme perdagangan,” kata He Yadong.
Menurutnya, kenaikan tarif sebesar 100% pada seluruh kendaraan listrik buatan China tidak adil. Sebab jika produsen mobil China memilih memindahkan produksinya ke negara lain, mereka tidak akan dikenakan biaya lagi.
Meski dilarang di AS, Uni Eropa, dan Kanada, penjualan BYD sejauh ini kuat, mengalahkan raksasa Jepang seperti Honda Motor dan Nissan Motor secara global.
BYD saat ini menjadi produsen mobil dengan volume penjualan terbesar ketujuh di dunia pada kuartal kedua tahun 2024, menurut Nikkei Asia. Pasalnya, mobil listrik BYD dijual dengan harga yang wajar.
Penjualan mobil baru BYD naik 40% menjadi 980.000 unit sepanjang April hingga Juni 2024.
“Sebagian besar peningkatan BYD berasal dari penjualan global, yang meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 105.000 unit pada tahun ini,” tulis Nikkei dalam laporannya di Asia.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel