Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons pandangan underweight Morgan Stanley terhadap pasar saham Indonesia. BEI juga sedang menyusun strategi untuk meningkatkan perdagangan saham.

Direktur Perdagangan dan Regulasi Anggota Bursa BEI Irvan Suzandi mengatakan, dua hal yang disoroti Morgan Stanley adalah penguatan dolar AS terhadap rupiah dan isu kebijakan fiskal yang menjadi penyebab utama turunnya IHSG.

Penguatan dolar AS tidak hanya terjadi terhadap rupee, beberapa mata uang negara lain juga mengalami penurunan, kata Irvan Suzandi dalam keterangannya, Kamis (13/6/2024).

Dari sisi fiskal, menurut Kementerian Keuangan, posisi utang Indonesia mencapai Rp8.338,43 triliun pada akhir April 2024, dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,64%. Rasio utang ini mengalami penurunan dibandingkan akhir tahun 2023 yakni 38,98% dan masih di bawah ambang batas 60% PDB menurut undang-undang.

Irvan menambahkan, BEI sedang mempersiapkan sejumlah hal baru yang akan diluncurkan pada tahun ini, seperti shortselling, individual stock futures, dan put waran.

“Kami berharap hal ini dapat meningkatkan pilihan instrumen perdagangan bagi investor,” jelasnya.

Berdasarkan data BEI, IHSG pada Rabu (12/6/2024) berada di level 6.850,09, turun 5,81% year-to-date. IHSG pun mencapai level terendahnya pada tahun 2024.

Investor asing juga mencatatkan jual bersih sebesar Rp 10,81 triliun sepanjang tahun 2024. Bahkan, hingga tahun 2024, investor asing pada 22 Maret 2024 mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 28,25 triliun pada tahun berjalan.

Sebaliknya, pada Rabu (12/6/2024) rupiah ditutup menguat 4 poin atau 0,02% di level Rp 16.295 per dolar AS. Hal ini menandakan rupee masih berada di level terendahnya dalam 4 tahun terakhir atau sejak April 2020 saat pandemi Covid-19 melanda.

Laporan Morgan Stanley

Sekadar informasi, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight karena pertimbangan dua faktor utama yakni kebijakan fiskal dan penguatan dolar AS terhadap nilai tukar rupiah.

Morgan Stanley dalam catatannya mencatat bahwa kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar AS menimbulkan risiko terhadap investasi ekuitas. Hal ini membuat perkiraan IHSG terperosok dalam ketidakpastian.

“Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa kelemahan di pasar mata uang dengan latar belakang masih tingginya suku bunga di AS dan prospek dolar AS yang kuat,” tulis ahli strategi termasuk Daniel Blake di surat tertanggal 10 Juni.

Morgan Stanley menurunkan peringkat saham negaranya untuk memberi bobot pada alokasi perusahaannya ke Asia dan pasar negara berkembang.

Janji-janji kampanye Presiden Indonesia yang baru terpilih Prabo Subianto – seperti tawaran pemerintah untuk menyediakan makan siang dan susu bagi pelajar – dapat menimbulkan beban fiskal yang sangat besar, sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk.

Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi seiring dolar mulai menguat menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada Rabu (12/6/2024) dan keputusan Bank Indonesia pada pekan depan.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel