Bisnis.com, Jakarta – Rencana pemerintah mengakuisisi perusahaan beras Kamboja patut dipertanyakan. Alih-alih mengoptimalkan produksi dalam negeri, pemerintah justru mengambil jalur cepat dengan mengimpor beras.

Elisa Mardian, ekonom dan pengamat pertanian di Center for Economic Reforms (COR), mengatakan pemerintah harus memprioritaskan peningkatan produksi beras dalam negeri.

“Daripada mengoptimalkan secara lokal, kami bekerja keras mendatangkan beras impor,” kata Elisa saat dihubungi, Rabu (12/6/2024).

Elisa menjelaskan, pemerintah lebih memilih jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan beras melalui impor karena harga beras di luar negeri lebih murah dibandingkan beras produksi dalam negeri.

Dia menjelaskan, harga beras lokal relatif mahal karena biaya produksi yang terus meningkat. Subsidi bahan bakar minyak (BBM), subsidi pupuk, kenaikan biaya tenaga kerja dan kurangnya teknologi mekanisasi pertanian menyebabkan biaya produksi bagi petani menjadi lebih tinggi.

Tentu saja, menurut Elisa, tingginya biaya produksi bukan satu-satunya penyebab mahalnya harga beras di Indonesia. Namun panjang rantai pasok beras dan informasi pasar yang asimetris dinilai turut meningkatkan harga beras dalam negeri.

“Sewanya sangat menarik karena adanya perbedaan harga beras dalam negeri dan beras impor,” jelasnya.

Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata harga beras di tingkat stok nasional pada Mei 2024 adalah Rp 13.471 per kilogram.

Sedangkan per Juni 2024, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga beras di Kamboja berkisar KHR 2.420 atau 9.583 per kilogram. Sementara itu, harga beras pecahan 5% di Pakistan akan menjadi Rp9.495 per kg pada Mei 2024, sedangkan beras Vietnam dengan butiran pecah 5% akan menjadi Rp9.256 pada Mei 2024, mengutip data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). . Rp 10.462 per kg beras putih.

Berdasarkan dokumen Bisnis.com, Senin (10/6/2024), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Perum Bulog mengakuisisi perusahaan di Kamboja untuk menjamin stok beras di Tanah Air. Hal itu diungkapkannya usai menghadiri Agenda Tahunan (HUT) ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang digelar di Jakarta, Senin (10/6/2024). 

“Ini merupakan proses bisnis yang dilakukan Bulog untuk memastikan stok beras negara kita dalam kondisi penyimpanan yang aman. “Lebih baik berinvestasi daripada membeli,” ujarnya kepada wartawan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Binsar Puntjaitan membocorkan rencana akuisisi sejumlah perusahaan pelat merah ke pasar internasional. PT Pertamina (Persero) ke Brazil dan Perum Bulog ke Kamboja. 

Luhut menilai, Kepala Negara mendorong perkembangan ke depan terkait tren global saat ini, terutama dalam memenuhi kebutuhan ketahanan pangan dan energi.

“Bulog akan mengambil alih sebagian besar sumber beras Kamboja. “Presiden suruh saya tindak lanjuti, dan pasti sudah kita tindak lanjuti, dan sekarang kita harus melakukan due diligence,” kata Luhut.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel