Bisnis.com, JAKARTA – Perum Bulog menegaskan rencana akuisisi pabrik beras di Kamboja tidak akan menjatuhkan usaha pengolahan beras penduduk negara tersebut.

Direktur Jenderal Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya akan terus memprioritaskan produksi beras dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan Bulog.

Dia menegaskan, rencana Bulog memperluas operasinya di Kamboja bertujuan untuk menjamin ketersediaan produk beras ketika produksi dalam negeri tidak mencukupi.

“Saya tegaskan kalau produksinya lokal, pasti kita tidak akan bawa [beras] ke sana. Ya, kenapa harus khawatir,” kata Bayu saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (20/6/2024).

Bayu menjelaskan, nantinya jika produksi dalam negeri mencukupi, Bulog bisa menjual berasnya di Kamboja ke pasar internasional. Dengan begitu, Bulog bisa mempunyai satu tempat untuk menjalankan bisnisnya secara global.

Artinya kalau Bulog punya beras di Kamboja, kalau kita butuh, kita ambil, kalau tidak kita bisa jual ke negara lain, katanya.

Namun Bayu belum bisa memastikan jenis investasi apa yang akan dilakukan Bulog di Kamboja. Menurutnya, investasi pertama bisa dilakukan dengan membeli agen beras di Kamboja dan kemudian membeli penggilingan di sana.

Namun rencana investasi tersebut masih berjalan dengan diskusi dan konsultasi dengan KBRI di lokasi. Memang benar, faktor keuangan seperti pembiayaan dan akses terhadap kredit bank di Kamboja juga diperhitungkan.

“Ini bukan pekerjaan sementara, bukan pekerjaan yang berlangsung beberapa minggu. Saya akan melakukannya selangkah demi selangkah tergantung perkembangannya, kita lihat saja nanti,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahari, mengatakan rencana pemerintah melanjutkan operasional penggilingan padi di Kamboja tidak masuk akal. Pasalnya, dari segi potensi beras, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan Kamboja.

“Potensi padi lahan kering Indonesia yang belum tergarap seluas 25 juta hektar. Mencari bisnis padi di Kamboja adalah ide yang tidak berdasar dan tidak masuk akal,” kata Syaiful saat dihubungi, Rabu (12/6/2024).

Ia pun berterus terang mengenai pengaruh harga terhadap nasib usaha penggilingan padi rakyat. Menurutnya, dengan mengambil alih produsen beras Kamboja, industri beras populer akan semakin tertekan dengan gempuran beras impor di tengah kenaikan biaya produksi.

Dampak ini akan lebih terasa pada penggilingan padi skala kecil yang hanya mampu menghasilkan beras dengan kualitas sedang atau rendah.

“Industri beras manusia sedang berjuang untuk berfungsi dan tidak dapat bersaing dengan industri tersebut,” katanya.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel.