Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Arsal Ismail berharap pemerintah dapat merampungkan aturan mengenai skema pemungutan penyaluran dana kompensasi kontribusi karbon melalui Mitra Badan Pengelola (MIP).

Menurut Arsal, skema penggalangan dana carbon offset akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan dan operasional perusahaan ke depan.

“Kami sangat berharap MIP ini bisa diselesaikan, apalagi oleh pemerintah, kalau tahun ini bisa ditandatangani, paling tidak awal tahun bisa dilaksanakan,” kata Arsal dalam pertemuan di Jakarta, Rabu (2/2/2021). ) . 10). /2024).

Namun Arsal belum bisa memberikan gambaran berapa persentase kenaikan pendapatan PTBA pasca penerapan MIP.

Dia menjelaskan, perhitungan potensi tambahan pendapatan dari kontribusi dana penghimpunan akan berbeda-beda sesuai harga ekspor.

“Sekarang sulit dihitung karena harganya masih berfluktuasi dibandingkan harga ekspor,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjuk tiga bank BUMN sebagai mitra lembaga pengelola yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana kompensasi karbon (DKB) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau kewajiban pasar dalam negeri (DMO).

Ketiga bank tersebut adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

Dalam pelaksanaan skema pengumpulan saluran DKB, seluruh pemegang Izin Perusahaan Pertambangan (IUP)/IUP Khusus (IUPK)/Kontrak Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) membayarkan dana kompensasi kepada pengurus DKB.

Selanjutnya pengelola DKB akan menyalurkan kepada IUP/IUPK/PKP2B yang melakukan kontrak atau transaksi DMO setelah dikurangi kewajiban PPN, biaya dan ongkos operasional, serta dana cadangan.

PTBA diketahui membukukan laba bersih sebesar Rp 2,03 triliun pada semester I 2024.

Berdasarkan laporan keuangan pada Kamis (8/1/2024), Bukit Assam melaporkan pendapatan sebesar Rp19,64 triliun pada semester I-2024. Capaian tersebut naik 4,15% year-on-year (YoY) dari Rp18,58 triliun pada periode yang sama. akhir Juni 2023.

Namun belanja pendapatan PTBA meningkat 10,02% YoY menjadi Rp 16,23 triliun pada semester I/2024. Adapun yang mengalami peningkatan antara lain jasa pertambangan dari Rp 4,42 triliun menjadi Rp 5,03 triliun dan jasa angkutan batu bara dari Rp 4,05 triliun menjadi Rp 4,36 triliun. triliun.

Sejalan dengan kenaikan beban pokok pendapatan, laba kotor PTBA turun 16,96% year-on-year menjadi Rp3,40 triliun pada akhir Juni 2024.

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel