Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mengidentifikasi tren pertumbuhan transaksi Kredit Pemilikan Rumah (BBTN) yang dipimpin perempuan.
BTN menyatakan telah menyalurkan 5,5 juta KPR bersubsidi dan tidak bersubsidi sejak tahun 1976, baik dalam bentuk KPR konvensional maupun pembiayaan syariah.
Direktur Utama BTN, Direktur Nixon LP Napitulu mengungkapkan, cara perempuan dalam mengurus akad KPR semakin hari semakin baik.
“Saat ini, dengan satu juta rumah, 32,5% kontrak hipotek diselesaikan oleh perempuan. Kalau dulu perempuan tergantung calon suaminya, sekarang beli rumah sendiri,” ujarnya, Jumat (11/8/2024) di Jakarta. malam. .
Selain perempuan, kini semakin banyak generasi milenial dan pekerja sektor informal yang membeli rumah pertamanya dengan KPR, sehingga sektor perumahan Indonesia memiliki potensi besar di masa depan. Rekornya adalah 76,7% generasi milenial telah membeli rumah pertama mereka.
Apalagi, 90,3% penerapan NRP per pekerjaan berasal dari sektor formal dan sisanya dari sektor informal yang menghasilkan Rp18 triliun.
“Kami sebenarnya terus berupaya untuk menjadi lebih baik sehingga sektor ini dapat tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan sektor formal,” kata Nixon.
Menurutnya, jika tidak ada program subsidi perumahan, pekerja di sektor informal akan kesulitan membeli rumah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya program ini untuk menyediakan tempat tinggal bagi mereka.
Lebih lanjut Nixon menjelaskan, saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan nasional dimana 9,9 juta pemilik rumah tertinggal dan lebih dari 50% masyarakat miskin tinggal di rumah yang tidak layak huni. Menurut data PLN, jumlahnya sebanyak 24 juta.
Berdasarkan kajian BTN, permasalahan utama perumahan di daerah dari sisi permintaan masih terkait dengan pendataan kebutuhan perumahan dengan sistem “by name, by address”, serta tumpang tindih peraturan mengenai hak pengelolaan rumah rendah. -tempat standar. rumah tangga yang menguntungkan. Penerima pendapatan (MBR). Sementara dari sisi suplai, BTN melihat masih belum adanya sinkronisasi tata ruang antara daerah dan pusat.
Untuk itu, kata Nixon, BTN akan terus memberikan masukan kepada pemerintah agar program perumahan rakyat dapat terlaksana dalam jangka panjang, karena sektor perumahan mempunyai efek limpahan atau limpahan terhadap 185 subsektor lainnya yang sebagian besar diantaranya adalah sub sektor perumahan. bersifat padat pasar tenaga kerja.
Yang tidak kalah penting adalah masifnya pembangunan sektor perumahan menciptakan lapangan kerja. Perhitungan BTN menunjukkan pembangunan satu rumah mampu menyerap lima tenaga kerja, sehingga pembangunan 100.000 rumah mampu menyerap 500.000 tenaga kerja per tahun.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel