Bisnis.com, JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperingatkan sektor jasa keuangan tentang adanya ransomware yang menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Ancaman serangan dunia maya disebabkan oleh fakta bahwa penggunaan kecerdasan buatan untuk memfasilitasi aktivitas manusia juga digunakan oleh penjahat untuk mengancam dan memfasilitasi pembunuhan.

BSSN mengidentifikasi bahwa ancaman siber dengan menggunakan intelijen telah menjadi isu yang semakin relevan dalam ekosistem digital.

Spesialis IT Muda Manggala Direktur Keamanan Siber Industri Bisnis dan Keuangan BSSN Ishak Farid mengatakan, potensi serangan siber di masa depan jika menggunakan akal sehat akan sangat sulit dibedakan.

“Ransomware mungkin merupakan penggunaan kecerdasan buatan terbaru untuk serangan siber, kita sudah mulai melihat ini, deepfake. Mungkin dalam beberapa tahun ke depan akan berubah secara bertahap dan sangat sulit untuk dibedakan,” kata Ishak dalam konferensi di Indonesia yang disebut “Mitigasi Risiko Siber dan Membangun Kepercayaan” di Jakarta, Kamis (27/6/2024).

BSSN juga mengumumkan bahwa ancaman siber yang mereka perangi adalah malware, rekayasa sosial (soceng) dan kejahatan data sepanjang tahun 2023. Bahkan, perkembangan malware dikatakan berkembang sangat pesat sehingga segera menjadi Ransomware sebagai Layanan (RaaS).

Merujuk data BSSN 2023, ransomware termasuk dalam 10 kerentanan dan menurut data manajemen insiden BSSN. Yang lebih buruk lagi, ransomware termasuk di antara 5 insiden teratas yang mungkin terjadi pada tahun 2023.

Ke depan, BSSN memperkirakan ransomware akan menjadi kategori malware yang berpotensi mengancam keamanan siber. Badan pemerintah juga mengatakan bahwa ancaman ransomware telah menjadi tantangan keamanan siber yang besar.

“Sekarang bank digitalnya daftar online, lihat kiri kanan, verifikasi selesai. Katanya. Nah, ancaman terbaru ke depan adalah penggunaan keterampilan palsu,” ujarnya.

Ishak mengatakan ancaman lainnya antara lain Web Defacement, pencurian malware dan ransomware, serangan Internet of Things (IoT), Advanced Persistent Threat (APT), phishing, dan Distributed Denial of Service (DDoS).

Selain itu, Ishak menambahkan, ancaman siber akan menyerang rantai terlemah, terutama berbasis manusia.

Lihat berita dan pembaruan lainnya di Google Berita dan Saluran WA