Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate menjadi 6,25% dan diyakini berdampak pada aktivitas perbankan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI juga tengah menyiapkan strategi agar dunia usaha tidak terdampak.
BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan dalam agenda Rapat Dewan Gubernur pada 23-24 April 2024 poin (bps) setelah sebelumnya ditetapkan sebesar 6% mulai Oktober 2023.
Direktur Utama BSI Herry Gunardi mengatakan kenaikan BI rate tentu akan berdampak pada industri perbankan. Suku bunga deposito perbankan semakin meningkat, terutama deposito.
Imbasnya, perbankan harus mengelola cost of fund (CoF) agar kinerjanya tidak tertekan. Salah satu cara perbankan mengelola CoF adalah dengan mengoptimalkan dana murah, yaitu Current Savings Account (CASA).
“BSI beruntung memiliki dana murah yang besar, tabungan Rp125,2 triliun, dan giro Rp55,75 triliun. Ini modal inti untuk mendukung dana murah,” kata Heri saat memaparkan kinerja BSI, Selasa (4 ). /30/2024). .
Sebagian besar tabungan BSI merupakan hadiah. Dalam hal ini, nasabah mengelola uangnya dengan BSI tanpa meminta imbalan apa pun. Sementara kepemilikan CASA di BSI kini sebesar 60,85% DPK.
Upaya penguatan CASA juga sejalan dengan strategi bank untuk menghimpun dana DPK dengan biaya rendah. Sementara itu, strategi bank untuk meraih CASA mencakup memperkuat infrastruktur pendanaan dan menawarkan layanan perbankan transaksional seperti mobile banking, ATM, dan lainnya.
Sebelumnya, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioxa Siyahan mengatakan kenaikan rasio tersebut akan mempengaruhi likuiditas bank, termasuk model pendanaan bank.
Strategi yang akan dilakukan bank adalah dengan meningkatkan pelayanan dan memberikan insentif untuk menarik nasabah agar menerima CASA di bank, seperti pemberian hadiah undian kepada nasabah, ujarnya kepada Bisnis, Senin (29/4/2024).
——-
Penafian: Buletin ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel