Bisnis.com, Jakarta – Green Power Development Corporation (GPDJ) Jepang dan PT ABE Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dengan National Innovation Research Institute (BRIN) mengenai pengembangan industri bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) atau biofuel. rencana.  Proyek tersebut saat ini sedang dibangun dengan pabrik di Banyuwasin, Sumatera Selatan. 

Presiden BRIN Lakshana Tri Hundoko menyampaikan keinginannya agar kerja sama ini terlaksana dengan baik. 

“Kerja sama tidak berhenti pada penanaman kelapa sebagai bahan baku bio-based dan kedua negara berharap dapat memperluas kerja sama di bidang lain seperti transfer teknologi, pengetahuan dan banyak lagi,” kata Handoko, Jumat (19/7). /). 2024)

Diprakarsai oleh penelitian bersama Indonesia Japan Business Network (IJBNet), GPDJ dan BRIN, proyek ini kini memasuki tahun ke-3. Bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) atau bioavtur merupakan solusi bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan.

Bahan tersebut berasal dari kelapa kualitas rendah, dimana bahan tersebut disetujui dan masuk dalam daftar positif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). 

Masuknya kelapa substandar ke dalam daftar positif menunjukkan keberhasilan upaya bersama dalam mencari bahan baku SAF di luar pilihan yang ada, sehingga membuka peluang bagi negara-negara produsen kelapa. Secara global, industri penerbangan harus berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon. 

Hal ini sejalan dengan kesepakatan global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan netralitas karbon serta menekankan pentingnya solusi inovatif dalam mengurangi pemanasan global. 

Kebijakan ICAO yang memberikan pilihan penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil akan memberikan dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan.

Perkembangan ini mendorong komitmen pemangku kepentingan untuk terus menggunakan BioAvture.

Dalam proses pembuatannya, bahan baku kelapa berkualitas kemudian disuling menjadi minyak kelapa mentah (CCO). Ketersediaan bahan baku kelapa yang berkualitas sangat penting karena kelapa merupakan komoditas penting bagi industri pangan. 

Kelapa kualitas buruk dipetik dari kelapa tua, kelapa sangat muda, kelapa bertunas, kelapa busuk atau mulai busuk, dan kelapa pecah. GPDJ memilih Indonesia sebagai lokasi pabrik produksi CCO karena potensi kelapa di Indonesia sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah kelapa dibawah standar di Indonesia mencapai 30% dari total produksi kelapa. 

Sedangkan PT ABE Indonesia Berjaya merupakan perusahaan lokal yang berperan sebagai pelaksana proyek yang memproduksi 100 ton minyak kelapa mentah (CCO) per hari dari bahan baku kelapa di bawah standar. Dalam proses produksinya, PT ABE menggunakan teknologi mesin traceability system yang dikembangkan anak negeri.

IJBNet sangat bersyukur atas perjuangan panjang IJBNet dan tim dengan dukungan pemerintah serta instansi terkait akhirnya memasukkan kelapa di bawah standar sebagai salah satu bahan baku BioAudur yang disetujui ICAO.  

Proyek ini merupakan hal positif bagi seluruh pemangku kepentingan kelapa di Indonesia karena akan meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel