Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan deflasi bulanan sebesar 0,03% pada Mei 2024 (month-on-month/mtm) bukan disebabkan oleh melemahnya daya beli.
Tolong. Ketua BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, BPS mencatat fluktuasi harga akibat perubahan harga komoditas pasca hari raya.
“BPS tidak berhak menentukan apakah daya beli sedang tertekan, tapi BPS mencatat rekor harga dan kita nyatakan sebagai inflasi/deflasi,” ujarnya kepada wartawan di kantor BPS, Senin (3/6/2024). ).
Amalia menjelaskan, deflasi pada Mei 2024 yang merupakan deflasi pertama sejak Agustus 2023, terutama disebabkan oleh penurunan harga umum pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Jika dirinci, deflasi pada bulan Mei paling banyak disebabkan oleh beras yang juga mengalami deflasi sebesar 3,59% dan menyumbang deflasi sebesar 0,15%.
Ngomong-ngomong, dia adalah Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Diakui Josua Pardede, deflasi ini bukan disebabkan melemahnya daya beli, melainkan normalisasi harga menyusul kenaikan sebelumnya saat Ramadan dan Idul Fitri.
“Itu benar [bukan karena melemahnya daya beli], dan mengingat faktor musiman secara umum sudah berlalu, maka normalisasi harga pangan dan harga transportasi pasca libur menjadi pendorong deflasi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin ( 3/6/2024). ). ).
Josua mengatakan, permintaan masyarakat masih tinggi yang tercermin dari inflasi sisi permintaan dan inflasi masih cenderung stabil berkisar 1,93% (secara tahunan) dibandingkan bulan sebelumnya.
Normalisasi harga pangan tersebut terutama diikuti oleh harga beras yang mengalami deflasi dalam tiga bulan terakhir. Pangsa inflasi beras menurun dari 0,74% pada Maret 2024 menjadi 0,43% pada Mei 2024.
Hal serupa juga diungkapkan PT Bank Ekonom Mandiri Tbk. Andry Asmoro memperkirakan deflasi pada Mei 2024 turun dibandingkan bulan lalu yang sebesar 0,25% (mtm).
Apalagi akibat dampak normalisasi pasca Idul Fitri terhadap harga pangan dan biaya transportasi, ujarnya dalam keterangan resminya.
Sementara jika dilihat dari data tahun berjalan atau year-to-date (ytd), inflasi diperkirakan berada di angka 1,16%.
Artinya, capaian tersebut masih dalam radar pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan inflasi keseluruhan tahun ini sebesar 2,8% dalam APBN 2024. Sedangkan BI menargetkan inflasi pada kisaran 1,5% hingga 3,5% (secara tahunan).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan saluran WA