Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menilai masih rendahnya penetrasi smartphone atau ponsel 5G menjadi pertimbangan perusahaan untuk membangun transceiver station (BTS) 5G secara masif. Selain itu, terbatasnya spektrum juga menjadi permasalahan.

Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, ketersediaan jaringan 5G XL Axiata saat ini hanya menjangkau wilayah tertentu. Perusahaan menyesuaikan pengembangan 5G dengan ketersediaan spektrum yang ada.

XL Axiata beroperasi pada 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, dengan total 90 MHz, serta pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G.

Dengan jumlah spektrum tersebut, perseroan akan melayani lebih dari 55 juta pelanggan pada tahun 2023. Sebagian besar pengguna 4G.

“Karena spektrum yang mereka gunakan adalah spektrum 4G. Jadi 5G memang mirip 4G,” kata Dian saat ditemui di XL Axiata Tower Jakarta, dikutip Minggu (28/04/2024).

Menurut Diana, setidaknya ada dua hal yang mempengaruhi perluasan cakupan 5G di Indonesia, yakni ketersediaan spektrum dan penerimaan masyarakat. Selain itu, Dian mengatakan saat ini penetrasi ponsel masih rendah atau berkisar 10%.

“Kalaupun kita membangun 5G yang hanya digunakan segelintir orang, itu juga akan rugi,” ujarnya.

Pada bulan September 2023, Business News, IDC mengumumkan bahwa pengiriman ponsel pintar 5G turun 4,3 persen dari tahun ke tahun. Ini merupakan penurunan pengiriman ponsel 5G yang pertama sejak debutnya pada tahun 2020.

Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan adopsi ponsel 5G lambat karena tantangan permintaan dan pasokan.

Pangsa smartphone 5G masih sangat kecil dibandingkan smartphone 4G karena 4G lebih terjangkau dan seringkali memiliki spesifikasi lebih baik dengan harga serupa.

Head of Corporate Affairs XL Axiata Marwan O. Baasir mengatakan use case, ekosistem seperti ponsel, dan adopsi komunitas menjadi tantangan dalam meningkatkan jaringan 5G. Untuk itu, Marwan menilai jaringan 5G sangat bergantung pada ketersediaan spektrum.

“Jadi sekarang kita tunggu betul spektrumnya, baru handsetnya. Kita juga perlu lihat handsetnya, apakah harga handsetnya bisa diturunkan? Dulu kalau 4G itu menduduki kelas menengah ke atas ya. ” Sekarang tentu kita harapkan bisa lebih rendah lagi agar adopsinya bisa lebih cepat,” tuturnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel