Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan Perbankan Digital PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) Superbank membuka opsi rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang berada di level 515,13% per Maret 2024.

Presiden Superbank Tigor M. Ciahan tidak melaporkan masalah keuangan. Pasalnya, sebagai bank baru, penyaluran kredit Superbank bisa dikatakan relatif rendah. Total modal dalam 1 (CET-1) dilaporkan mencapai Rp 5,3 triliun dan pinjaman mencapai Rp 3,7 triliun.

Pinjaman kita masih di bawah ekuitas kita. Kalau pinjaman kita 25-30% dari bank normal, maka LDR mendekati 90%-100 %, jadi ini menjadi penting,” ujarnya, Kamis (11/7/2024) di Wisma Bisnis Indonesia saat kunjungan media.

Selain itu, di tengah ketatnya persaingan antar bank digital, Superbank juga membedakan dirinya dari pemain lain di industri ini, terutama dalam hal layanan yang diberikan kepada merchant.

Dimana Superbank dapat memberikan pembayaran kepada merchant secara real time, artinya merchant akan menerima pembayaran di hari yang sama, berbeda dengan bank digital lain yang dapat membayar di hari berikutnya.

“Jadi ini sangat menarik bagi seseorang yang membutuhkan arus kas cepat, sehingga bisa menarik nasabah yang selama ini menggunakan bank lain untuk [beralih] ke kami,” ujarnya.

Sementara itu, CFO Superbank Melissa Hendravaty mengatakan kunci likuiditas adalah rasio kecukupan modal (CAR) yang mencapai 178,4% per Maret 2024, di atas rata-rata industri sebesar 25%.

Secara total, Liquidity Coverage Ratio Superbank mencapai 823%, disusul Net Stable Funding Ratio (NSFR) atau Net Stable Funding Ratio sebesar 284%. pemegang saham, kami ingin lebih mempercayai Anda. “Kalau kita lihat rasionya, tidak hanya satu, tapi cukup berapa,” jelasnya.

Sebagai catatan, Superbank menyebutkan perseroan mendapat tambahan investasi sebesar Rp 1,2 triliun dari pemegang sahamnya Grab, Singtel, dan KakaoBank.

Investasi tambahan yang dilakukan oleh ketiga pemegang saham ini akan mendukung Superbank untuk meningkatkan layanan dan inovasi produk guna memenuhi berbagai kebutuhan finansial dan gaya hidup nasabah.

Selain itu, Melissa menambahkan, penggunaan data, khususnya data perilaku, merupakan salah satu faktor kunci Superbank dalam membangun peringkat kredit dan mengelola rasio kredit bermasalah (NPL).

“Sekarang triwulan II 2024 sudah lebih baik dari triwulan I 2024, yang penting NPL adalah kecukupan syaratnya. Katanya, “Jangan hanya melihat total NPL saja, sumber dayanya sangat mencukupi. .”

Tercatat juga terjadi peningkatan total NPL dari 3,97% menjadi 4,76%. NPL neto juga meningkat menjadi 0,57% dari 0,26%.

Sebagai referensi, Superbank yang dulu bernama PT Bank Fama International didirikan di Bandung pada tahun 1993.

Pada awal tahun 2023, Bank Fama resmi menjadi Superbank dan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta dengan cabang di Jakarta dan Bandung.

Didukung oleh para pemimpin di bidang teknologi, media dan keuangan seperti Grab, EMTEK Group, Singtel dan KakaoBank, Superbank terus mengintegrasikan teknologi ke dalam layanan keuangan di seluruh produk dan layanannya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel