Bisnis.com, Jakarta – CEO BUMN Holding PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III Mohamed Abdul Ghani belum bisa memastikan kapan rencana awal saham PalmCo bisa terwujud. 

Ghani mengatakan secara prinsip PTPN Subholding siap dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Namun partainya masih menunggu instruksi dari pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk tahun 2024-2029. 

Ghani dalam pertemuan ini, Senin (23/09/2024), mengatakan: Kami menunggu dan mendengarkan kebijakan pemerintahan [Prabhu] ke depan, kami siap.

Menegaskan PTPN merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, ia mengatakan, perusahaan ini siap membawa cadangannya ke lantai bursa dari segi kapasitas. 

Lanjutnya, dari segi persiapan, kami sudah siap sejak lama, kajian dan tingkat kelayakannya bagus. Kalau bicara minyak sawit, PTPN merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, jangan salah. Dia berkata: Kami adalah perusahaan budidaya terbesar di dunia.

Diberitakan sebelumnya, Ghani mengatakan rencana IPO Palm Co diundur ke akhir tahun 2025 hingga awal tahun 2026. 

“Ditunda, situasinya belum bagus, kami tetap ingin menertibkan dulu, paling baik 2026 atau akhir tahun,” kata Ghani kepada Bisnis usai forum bisnis Indonesia BUMN 2024, Selasa (30/4/2024). 30). Mari kita ciptakan tahun 2025.” 2024). 

Selain itu, Ghani mengatakan pihaknya telah mempersiapkan beberapa hal seperti kinerja keuangan dan operasional, tata kelola, dan profitabilitas agar valuasi Palm Co lebih baik dan menarik. 

Menurut Ghani, sejauh ini ada beberapa kendala yang perlu dibenahi sebelum mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. 

Ia pun mengungkapkan akan berkoordinasi dengan pemerintah baru atau kementerian BUMN untuk rencana IPO ini. 

Sedangkan PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII menjadi PTPN IV sebagai entitas yang menerima penggabungan dan pemisahan bruto PTPN III (Persero) menjadi PTPN IV. 

Fase merger juga membuka peluang bagi PalmCo untuk melakukan IPO atau penawaran umum perdana. IPO ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar $5 triliun hingga $10 triliun dengan menerbitkan 20 persen sahamnya ke publik. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel