Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan peningkatan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari sulit dicapai dengan aset yang ada saat ini. 

Nicke mengatakan, perseroan belakangan ini fokus mengeksplorasi ladang-ladang baru untuk mencari cadangan minyak dari aset potensial lainnya. 

Harapannya, Reserve Replacement Ratio (RRR) portofolio BUMN migas bisa semakin meningkat untuk memprediksi tren pertumbuhan konsumsi ke depan. 

“Kami paham itu tidak mudah, jadi kalau tidak salah SKK Migas sedikit mendorong target 1 juta barel,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Selasa (28/5/2024). ). 

Dari sisi tingkat rasio cadangan migas, Pertamina mencatatkan RRR sebesar 147% pada tahun lalu. Sementara cadangan migas Pertamina meningkat sebesar 8% pada periode 2018-2023. 

Pada periode tersebut, laba 2P + 2C 2023 mencapai 8.218 MMboe, lebih tinggi dibandingkan rekor tahun lalu sebesar 6.594 MMboe. 

“Yang perlu kita lakukan adalah menemukan penemuan-penemuan baru, ikan-ikan besar baru, yang bisa meningkatkan stok secara signifikan,” katanya. 

Baru-baru ini, SKK Migas menyampaikan kepada Komisi VII DPR RI yang membidangi masalah energi, mengenai rencana mendorong target Rencana Jangka Panjang (LTP) sebesar 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan gas 12.000 juta kaki kubik per hari ( MMscfd) ) lebih lambat 3 tahun dari target awal yang ditetapkan pada tahun 2030. Sedangkan target LTP merupakan hasil perhitungan SKK Migas dan kontraktor kerja sama (KKKS) pada tahun 2019. 

Intinya mungkin tertunda 2 sampai 3 tahun karena pandemi yang kita hadapi, kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Rabu (13/3/2024). ). ) ). 

Tjip, nama samarannya, berdalih pandemi membuat sejumlah rencana pembangunan di lapangan terpaksa mundur dari jadwal semula yang telah disepakati dengan KKKS. 

Tjip mencontohkan, proyek Forel Bronang milik Medco E&p Natuna Ltd yang sedianya mulai beroperasi tahun lalu terpaksa ditunda hingga Oktober 2024. Proyek dengan nilai investasi US$ 265,74 juta itu diperkirakan bertambah. kenaikan minyak sekitar 10.000 bopd dan gas sebesar 43 MMscfd. 

Apalagi pada tahun 2023, penundaan proyek Forel yang kita harapkan dapat berkontribusi, terpaksa ditunda hingga tahun 2024,” kata Tjip. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel