Bisnis.com, Jakarta – Perusahaan jaringan dan telekomunikasi multinasional Ericsson meyakini kehadiran Starlink dapat saling melengkapi dalam pengembangan jaringan 5G secara global, termasuk di Indonesia.
Krishna Patil, Head of Ericsson Indonesia, mengatakan kedua teknologi tersebut merupakan teknologi yang hidup berdampingan. Krishna yakin teknologi satelit akan berkembang dan mobilitas akan berpindah dari 2G, 3G, 4G, 5G dan kemudian ke 6G.
“Sehingga kedua teknologi (jaringan 5G dan Starlink) bisa hidup berdampingan dan saling melengkapi,” kata Krishna saat ditemui Bisnis baru-baru ini, seperti dikutip Senin (6 Maret 2024).
Perusahaan asal Swedia tersebut meyakini bahwa teknologi tersebut akan memberikan dampak positif bagi negara, masyarakat, dan industri.
Oleh karena itu, kami akan bekerja sama tidak hanya dengan Starlink tetapi juga dengan mitra inovasi teknologi lainnya untuk menciptakan lebih banyak teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, ”ujarnya.
Menurut Ericsson Mobility Report 2023, terdapat 1,6 miliar pengguna 5G di seluruh dunia. Sementara di Asia Tenggara, Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan akan mencapai 5 hingga 15 juta pada tahun 2028-2029.
Selain itu, Ericsson juga memperkirakan trafik data di Indonesia akan tumbuh 12-15 GB per pelanggan hingga hampir 66-70 GB per pelanggan ketika 5G diluncurkan pada 2029-2030.
“Menurut laporan ini, 5G akan memakan waktu jauh lebih sedikit dibandingkan 4G, baik dari segi jangkauan dan jumlah pengguna,” ujarnya.
Selain itu, Krishna mengakui penetrasi 5G di Indonesia masih belum tertinggi. Meski demikian, Ericsson optimistis jumlah tersebut akan terus bertambah.
“Saat ini perangkat 5G di Indonesia semakin banyak, artinya semakin banyak pula pelanggan yang menggunakan jaringan 5G.”
Berdasarkan pengalaman Ericsson di negara lain, situasi ini akan berdampak pada pesatnya pertumbuhan aplikasi 5G. “Ketika 5G diluncurkan pada gelombang menengah dan gelombang besar, 5G akan tumbuh lebih cepat.”
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel