Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) atau CIMB Niaga Auto menilai penurunan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan penurunan daya beli. 

Presiden CNAF Ristiavan Sucherman mengatakan, keduanya berkaitan dengan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uang. Menurut dia, hal tersebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya rasio aset bermasalah (NPF) di industri investasi.

Berdasarkan data yang diperoleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total NPF perusahaan keuangan mencapai 2,75% dari Juli 2024, dibandingkan 2,69% pada Juli 2023. Namun angka tersebut menurun jika dibandingkan Juni 2024, di mana total NPF mencapai 2,80%. 

“Beban di atas diperparah dengan tantangan penjualan mobil di tahun 2024 yang akan mengalami penurunan sehingga mengakibatkan financial cost semakin rendah dan tidak bisa berakselerasi dengan baik,” kata Ristivan kepada Bisnis, Senin (09/09/2024). . . 

Namun, lanjut Ristiavan, nilai NPF industri yang sejak Juli 2024 tercatat sebesar 2,75% keseluruhan dan 0,84% netto, masih tergolong sangat baik dan sehat, meski tidak tetap perlu kita waspadai. Dirut mencatat, batas atas NPF sudah mencapai 5%.

Di sisi lain, CNAF sendiri mencatat pada Agustus 2024, tingkat NPF mencapai 1,22% atau membaik 10 Bps dibandingkan periode yang sama Agustus 2023 yaitu 1,32%.

Ristivan mengatakan CNAF sendiri mempunyai strategi untuk mengurangi risiko dampak melemahnya daya beli masyarakat dan menurunnya jumlah kelas menengah dengan memperbarui teknologi score sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan kredit. dan mencoba menargetkan segmen pelanggan dengan visibilitas tinggi. 

“Hal ini terlihat dari kenaikan rata-rata harga kendaraan yang dibiayai/OTR yang pada tahun 2024 berada pada kisaran harga 330 juta/unit, dimana pada tahun 2023 rata-rata OTR masih jauh lebih rendah dari angka tersebut,” ujarnya. . . katanya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA