Bisnis.com, XHAKARTA – Sejumlah direksi kunci dari enam BUMN yang sedang sakit menepis isu pembubaran dan mempertanyakan kontribusi PT Perusahaan Pengelola Aset atau PT PPA dan PT Danareksa (Persero) dalam proses restrukturisasi. 

Seperti diketahui, saat ini terdapat 14 BUMN sakit dengan status manajemen terpercaya yang dikelola PT APP. Dari jumlah tersebut, enam BUMN masuk dalam kategori potensi operasionalnya paling kecil sehingga berisiko dibubarkan.

Keenam perusahaan tersebut adalah PT Indah Karya (Persero), PT Dok Dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) dan PT Semen Kupang.

Terkait hal tersebut, Direktur Utama Varuna Tirta Adi Nugroho menyatakan pihaknya tidak pernah diundang untuk membahas rencana pembubaran tersebut. Hingga saat ini perseroan masih menyusun rencana jangka panjang perusahaan (RJPP).

“Kami tidak pernah diminta atau diajak pimpinan untuk membicarakan [soal pembubaran], bahkan untuk beberapa waktu kami masih menyusun RJPP ke depan,” ujarnya saat rapat dengan Panitia XI DPR, Selasa. 3/7/2024).

Hal serupa juga diungkapkan Direktur Amarta Karya Nikolas Agung. Sebagai perusahaan yang dititipi pengelolaan di bawah naungan PT PPA, Amarta Karya disebut tak pernah membahas opsi pembubaran.

Artinya, kalaupun ada aksi korporasi seperti itu [pembubaran], biasanya kami para CEO BUMN yang menjalaninya pasti akan diberitahu dan diajak bicara,” kata Nikolas saat ditemui Bisnisi.

Niko, nama samarannya, juga mengatakan, pembicaraan terakhir antara perseroan dan PT PPA adalah soal pengalihan bisnis Amarta Karya. Ini tidak ada hubungannya dengan solusinya. Padahal, awal Juli tahun depan, perseroan akan membahas RJPP dengan PT PPA.

Ia pun mengaku kaget dengan kabar Amarta Karya masuk kategori minimal atau terancam bubar. Wacana yang meluas ini secara terbuka telah menimbulkan kekhawatiran bagi para karyawan dan mitra bisnis.

Di sisi lain, Nikolas sudah menyurati Danareksa terkait persoalan likuidasi enam BUMN. Dalam kasus ini, perseroan meminta penjelasan sekaligus mempertanyakan kontribusi nyata Danareksa dan APP dalam proses restrukturisasi Amarta Karya.

“Kami sudah bersurat ke Danareksa untuk meminta penjelasan atas pernyataan tersebut dan juga isi keduanya, kami menuntut tindakan atau bantuan nyata dari Danareksa dan PPA dalam upaya menyelamatkan Amka [Amarta Karya],” ujarnya.

Menurut dia, PT APP hanya memberikan instruksi agar perusahaannya kembali sehat, dalam proses penyembuhan Amarta Karya. Salah satu arahnya adalah mendorong perusahaan mempertajam fokus bisnisnya ke depan. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel