Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) BNI (BBNI) atau dikenal dengan BI rate diturunkan menjadi 6% seiring dengan tantangan yang dihadapi industri perbankan.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan tingginya suku bunga selalu menjadi tantangan bagi perbankan dan seharusnya tidak ada masalah besar dalam penurunan suku bunga.

Namun yang terpenting adalah bagaimana keberadaan BNI dapat menjadi mitra kompetitif bagi investor, ujarnya dalam konferensi pers di Menara BNI, Jakarta Pusat, Senin (30/9/2024).

Menurutnya, BNI sendiri untuk mencapai tujuan tersebut harus melakukan brainstorming tentang inovasi layanan nasabah.

Selain kemajuan produk, inovasi yang dibahas antara lain layanan yang lebih kompetitif sehingga pasar dapat memperoleh layanan terbaik.

Royke kemudian fokus pada pengembangan teknologi informasi sebagai bank terdepan penunjang perekonomian. Dengan begitu, masyarakat Indonesia khususnya nasabah BNI dapat bertahan dalam kondisi perekonomian apapun.

“Jadi digitalisasi, teknologi, AI [kecerdasan buatan] dan semua itu menjadi tantangan bagi BNI untuk memenuhi komitmennya membantu nasabahnya,” tegasnya.

Menurut catatan Bisni, BNI pada tahun 2024 Meraih laba bersih konsolidasi Rp 10,7 triliun pada semester I. Namun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, laba year-on-year ini meningkat 3,8% dari Rp 10,3 triliun. 

Laba bank tersebut salah satunya didorong oleh pendapatan komisi atau fee based yang naik 5,74% year-on-year menjadi Rp 4,96 triliun pada tahun 2024. Semester I, dari sebelumnya Rp 4,69 triliun. Pendapatan lain-lain juga meningkat signifikan sebesar 27,03% YoY menjadi Rp 2,86 triliun dari sebelumnya Rp 2,25 triliun.

Pada periode yang sama, BNI menyalurkan kredit senilai Rp726,98 triliun, naik 11,71% year-on-year dari Rp650,77 triliun. Simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 0,96% YoY dari Rp765 triliun menjadi Rp772,32 triliun, sedangkan Dana Murah atau Current Account Saving Account (CASA) meningkat 2,51% YoY menjadi Rp545,69 triliun dari sebelumnya Rp532 triliun . 34 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel