Bisnis.com, JAKARTA merupakan bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) terus menyusun strategi untuk mempertahankan kinerja hingga akhir tahun 2024, terutama di bawah tekanan kenaikan suku bunga.
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan selain meningkatkan dana pihak ketiga (DPK), pihaknya akan terus mengefektifkan fungsi broker, terutama untuk melakukan monetisasi dan berkembang melalui produk dan layanan berbasis digital.
“Suku bunga yang lebih tinggi umumnya mempengaruhi pembiayaan, karena faktor ketidakpastian merupakan faktor kunci dalam manajemen risiko pembiayaan, dan suku bunga acuan yang lebih tinggi dikhawatirkan akan memberikan tekanan pada peminjam,” katanya kepada Business. Senin. (06.05.2024)
Menurutnya, strategi perusahaan secara keseluruhan adalah bekerja sama dengan berbagai mitra strategis baik di ekosistem CT Corpora maupun di luarnya.
“Kolaborasi [sering] dilakukan dengan menggunakan model Open Banking untuk meningkatkan nilai layanan keuangan yang ditawarkan bank guna memudahkan hidup nasabah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Indra mengatakan masih banyak yang perlu dijajaki dengan berbagai unit bisnis di CT Corpora.
Selain itu, mengingat ekosistem CT Corpora memiliki basis pelanggan yang sangat besar, jumlah pengguna reguler yang sangat besar ini dapat menjadi basis data utama berbagai program loyalitas dan produk perbankan digital.
BBHI juga menerapkan strategi leverage infrastruktur fisik, yaitu mengintegrasikan infrastruktur dunia fisik dan dunia digital untuk memberikan berbagai manfaat kepada pelanggan.
“Dalam hal ini Phygital Infrastructure mengintegrasikan aplikasi Allo Bank Mobile Banking dengan jaringan saluran fisik seperti TransMart, Metro, Mitra Bukalapak, dan Indomaret,” ujarnya.
Khususnya, Chairul Tanjung Digital Bank Allo Bank (BBHI) membukukan laba bersih sebesar Rp 111,48 miliar pada kuartal I 2024, naik 23,19% (y/y) dibandingkan tahun lalu. Laba bersih sebelumnya sebesar Rp 90,49 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangannya, pertumbuhan laba bank tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) yang meningkat 10,97% menjadi Rp 263,12 miliar pada kuartal I 2024.
Margin bunga bersih (NIM) bank digital ini meningkat dari 8,22% pada Maret 2023 menjadi 8,97% pada Maret 2024.
Pendapatan lain-lain juga meningkat lebih dari empat kali lipat atau 373% menjadi Rp 29,4 miliar pada kuartal I 2024.
Selain itu, peningkatan pendapatan bank terjadi dilatarbelakangi oleh penurunan kerugian penurunan nilai (impairment) aset keuangan dari Rp3,94 miliar pada Maret 2023 menjadi Rp2,51 miliar pada Maret 2024.
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami penurunan dari 64,12% pada Maret 2023 menjadi 61,08% pada Maret 2024. Penurunan rasio BOPO menunjukkan perbankan semakin efisien dalam mengelola usahanya.
Rasio profitabilitas BNLI juga membaik tercermin dari return on assets (ROA) yang meningkat dari 3,83% pada Maret 2023 menjadi 4,69% pada Maret 2024. Artinya bank mempunyai peningkatan kemampuan dalam menggunakan asetnya untuk mendapatkan keuntungan.
Return on equity (ROE) pun meningkat dari 5,65% pada Maret 2023 menjadi 6,65% pada Maret 2024. Artinya bank meningkatkan produktivitasnya untuk menghasilkan laba bersih melalui modal sendiri.
Namun Allo Bank membukukan penurunan kredit sebesar 4,68% menjadi Rp 6,83 triliun pada kuartal I 2024. Meski demikian, aset perbankan masih tumbuh sebesar 5,55% menjadi Rp 12,74 triliun pada kuartal I 2024.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) BBHI meningkat dari 0,05% pada Maret 2023 menjadi 0,39% pada Maret 2024. NPL neto juga meningkat dari 0,03% menjadi 0,24%.
Dari sisi pembiayaan, BBHI memperoleh dana pihak ketiga (TFP) sebesar Rp5,31 triliun pada kuartal I 2024, naik 3,7% year-on-year. Bahkan, giro murah (CASA) atau tabungan Allo Bank tumbuh 60,71% menjadi Rp 608,08 miliar pada kuartal I 2024.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA