Bisnis.com, JAKARTA – Pada 17 Agustus 2024, PT Pertamina (Persero) mengumumkan kabar terkini terkait rencananya memproduksi bahan bakar minyak (BBM) jenis baru dengan sulfur rendah.

Vice President Corporate Relations PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan pihaknya tengah melakukan penelitian dan kajian mendalam terhadap blended material yang akan digunakan untuk menghasilkan bahan bakar dengan spesifikasi Euro IV atau kandungan sulfur 50 ppm. (ppm).

“Jenisnya solar, jadi dicampur [apa?] dan diolah di sana. “Iya, apakah itu FAME [fatty acid methyl ester], minyak sawit atau yang lainnya, masih dalam proses pencarian,” kata Fadjar saat ditemui dalam acara peluncuran BUMN Eksplorasi di Kantor Bisnis Indonesia, Jumat (19/7). ). /2024).

Fadjar mengumumkan, pihaknya baru akan melakukan uji coba pendistribusian BBM jenis baru tersebut pada 17 Agustus 2024. Dia memastikan pasokan tersebut hanya akan tersedia secara terbatas di Stasiun Pengisian Pelayanan Umum (SPBU) tertentu.

Namun Fadjar masih enggan merinci secara pasti luas dan lokasi SPBU yang akan digunakan untuk uji coba distribusi BBM baru tersebut kepada masyarakat. 

“Iya, saat peluncuran akan ada [hanya satu tes], jadi hanya prototipe, tidak sekaligus. Misalnya Pertamax Green 95 yang saat itu hanya tersedia di 15 SPBU kalau tidak salah. “[Di mana] belum, untuk waktu yang lama,” ujarnya.

Sekadar informasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya menyatakan bahan bakar jenis baru yang akan diluncurkan pemerintah pada 17 Agustus 2024 akan menggunakan campuran biofuel atau BBN.

Dengan menggunakan BBN, kadar sulfur diturunkan hingga level terendah yakni mencapai 50 PPM. 

“Kami mencari bahan tambahan yang benar-benar bisa menurunkan kandungan sulfur. “Sekarang kita masih di 500 ppm, menurut standar Euro V harusnya di bawah 50 ppm,” kata Arifin. 

Meski demikian, Arifin mengatakan kementeriannya masih menunggu selesainya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar rendah sulfur.

“Namun kilang minyak kita di Balikpapan belum selesai.

Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel