Bisnis.com, JAKARTA– PT BNI Life Insurance atau BNI Life menargetkan hasil investasi sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2024. Target tersebut ditetapkan ketika terjadi tren penurunan hasil investasi asuransi jiwa pada paruh pertama tahun 2024.

Pj Direktur Utama BNI Life Neny Asriany mengatakan, untuk mengoptimalkan hasil investasi, mitranya aktif berdagang dan mengambil keuntungan ketika ada momentum penurunan suku bunga.

“Target hasil investasi BNI Life pada tahun 2024 sebesar Rp 1,5 triliun,” kata Neny kepada Bisnis, Jumat (9/8/2024).

Sedangkan pada tahun 2023, secara konsolidasi, BNI Life mencatatkan penerimaan pendapatan investasi sebesar Rp1,44 triliun, turun 31,87% atau Rp675,33 miliar dari tahun 2022 sebesar Rp2,11 triliun.

Neny mengatakan, tantangan dalam mencapai tujuan tersebut adalah memanasnya ketegangan geopolitik global dan ketidakpastian perekonomian global.

Namun kami melihat, di tengah ketidakpastian perekonomian global, Indonesia dapat menjadi pilihan investasi yang patut dipertimbangkan oleh negara-negara berkembang, ujarnya.

Sedangkan hasil investasi unit tradisional BNI Life per Juni 2024 tercatat sebesar Rp533,28 miliar. Kinerja triwulan II-2024 membaik dibandingkan kinerja triwulan I dimana BNI Life mencatatkan hasil investasi sebesar Rp360,98 miliar.

Namun hasil investasi BNI Life secara year-on-year (YoY) Juni 2024 turun 36% dari Rp 841,99 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Asuransi, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ogi Prastomiyono mengindikasikan adanya tren penurunan hasil investasi asuransi jiwa pada paruh pertama tahun 2024. 

“Hasil investasi perusahaan asuransi jiwa mengalami penurunan signifikan yaitu 29,99% year-on-year menjadi Rp 11,46 triliun pada Juni 2024,” kata Ogi.

Dijelaskannya, penurunan hasil investasi terbesar terjadi pada lini bisnis ÍMAT, khususnya hasil investasi pada instrumen saham dan reksa dana.

OJK mencatat asuransi jiwa memiliki penempatan yang cukup besar pada instrumen saham dan reksa dana, masing-masing sebesar 26% dan 14% dari total investasi.

Faktor lain yang menyebabkan turunnya hasil investasi asuransi jiwa pada semester I 2024 adalah dampak kondisi pertumbuhan ekonomi, terutama ketika arus investasi di pasar modal menurun. 

“Hal ini berdampak pada kinerja sektor pasar modal dimana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari 6% sejak awal tahun,” kata Ogi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel