Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan meski perekonomian Indonesia tumbuh 5,11% pada kuartal I 2024, pemerintah akan tetap mengantisipasi risiko global ke depan.

Menurut Shri Mulyan, saat ini terdapat risiko global mulai dari ketidakpastian arah kebijakan suku bunga atau Federal Funds Rate (FFR), meningkatnya ketegangan geopolitik, dan terganggunya rantai pasok global.

“Sebagai langkah mengantisipasi berbagai dinamika global, sinergi dan koordinasi dengan otoritas lain, khususnya otoritas moneter dan sektor keuangan akan diperkuat untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional,” ujarnya, Senin (6 Mei 2024).

Oleh karena itu, Bendahara Negara menegaskan, pemerintah terus memantau dan mengevaluasi dampak dinamika global terhadap perekonomian dan situasi keuangan dalam negeri.

APBN akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, pemerintah terus mencari sumber pertumbuhan baru.

Tugas pemerintah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi pada kuartal mendatang.

Sua, seperti diketahui, berharap produk-produk pembangunan dapat berdampak pada perekonomian, mulai dari produk dalam negeri hingga perusahaan kecil menengah dan hulu. Termasuk digitalisasi dan ekonomi hijau.

“Dalam jangka pendek dan cepat saya kira kita akan memperbanyak produk dalam negeri, kita beli, maka salah satu pesan kita adalah APBN dan APBD kita utamakan produk dalam negeri dari usaha kecil dan menengah kita yang akan menjadi sumber perekonomian yang besar. pertumbuhan tahun ini,” ujarnya. di JCC, Senayan, Senin (5/6/2024).

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) sore ini melaporkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,1% (yoy) pada kuartal pertama tahun 2024, sebagian besar didorong oleh permintaan domestik dan belanja pemilu serta bantuan sosial yang didukung APBN.

Di sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9% dan organisasi nirlaba yang melayani rumah tangga (LNPRT) sebesar 24,3% (tahun).

Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh terkendalinya inflasi, meningkatnya aktivitas perekonomian selama Ramadhan, kenaikan upah ASN dan layanan THR.

Namun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraan Shri Mulyan sebesar 5,17%.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA