Bisnis.com, Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Hilirisasi/Kementerian Penanaman Modal alias BKPM mengungkapkan, Indonesia menerima relokasi dan diversifikasi 58 perusahaan selama 2020-2023, akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Amerika Serikat. Cina
Nurul Ichwan, Deputi Direktur Promosi Penanaman Modal Kementerian Penanaman Modal dan Perampingan, menjelaskan pemerintah AS telah mengenakan tarif impor yang tinggi dari China dan kemungkinan akan meningkat pasca kemenangan Donald Trump, calon presiden AS pada Pilpres 2024. pemilu. .
Perang dagang kedua negara adidaya ini menyebabkan munculnya kebijakan China + 1 yang dilakukan perusahaan multinasional. Artinya, perusahaan multinasional di Pandaland mencari negara lain untuk menanamkan modalnya karena khawatir penjualan produknya yang diproduksi di China akan menurun.
Untuk itu, Achawan mengatakan pemerintah akan terus berupaya memanfaatkan dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China seperti yang terjadi pada tahun 2020-2023 yang mana terdapat 58 perusahaan multinasional yang masuk ke Indonesia.
Pengalihan dan diversifikasi investasi senilai 14,7 miliar dollar AS dari 58 perusahaan yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia, jelas Ichwan kepada Bisnis, Senin (11/11/2024).
Ia mengatakan, 58 perusahaan tersebut bergerak di bidang industri penerangan, industri makanan dan minuman, industri pipa, industri kaca, industri alat kesehatan, industri panel surya, industri kendaraan bermotor roda empat, industri rokok, industri elektronika, dan industri tekstil.
Dari total 58 perusahaan, 13 korporasi berasal dari Tiongkok dan Vietnam.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto menegaskan ingin meningkatkan daya saing dan lingkungan investasi Indonesia, terutama di beberapa sektor prioritas seperti sumber daya alam, investasi berbasis riset dan inovasi, serta berorientasi ekspor. Sektor pendidikan dan kesehatan.
“Tantangan geo-ekonomi global mengharuskan pelaku usaha dan pemerintah untuk lebih beradaptasi dan memperkuat kerja sama internasional dengan prinsip diplomasi yang kita praktikkan, bebas dan aktif,” kata Achoan. Perbandingan dengan negara-negara ASEAN lainnya
Selain itu, lembaga pemeringkat kredit internasional Moody’s Ratings meyakini perdagangan dan investasi akan mengalir ke kawasan Asia dan India ketika Donald Trump berhasil memenangkan pemilu AS 2024.
Moody memperkirakan pemerintahan Trump akan mendukung kebijakan ekonomi proteksionis. Artinya Trump akan mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi dan memperketat investasi di sektor-sektor strategis.
Oleh karena itu, perang dagang antara AS dan Tiongkok akan semakin memanas. Perusahaan multinasional di Tiongkok juga akan mencoba mencari lokasi di negara lain.
“Yang akan berdampak negatif pada perekonomian Tiongkok dan karenanya menghambat pertumbuhan regional. Namun, perubahan ini dapat menguntungkan India dan negara-negara Asia [Asia Selatan],” tulis Moody’s, Senin (11/11/2024). .
Secara khusus, Moody’s melihat risiko gangguan global pada pasokan semikonduktor menjadi semakin nyata. Hingga saat ini, Tiongkok dikenal sebagai pemasok produk semikonduktor terbesar di dunia.
Secara umum, Moody’s menekankan bahwa tindakan proteksionis Trump akan berdampak pada rantai pasokan global dan berdampak negatif pada sektor-sektor yang bergantung pada bahan dan barang impor.
“Seperti manufaktur, teknologi, dan ritel,” lanjut laporan itu.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel