Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah transaksi kartu kredit hingga Juli 2024 sebesar Rp 37,19 triliun. Nilai transaksinya meningkat 2,94% per tahun (year on year/YoY) dari sebelumnya RP 36,13. tidak dikenal. 

Berdasarkan data Infrastruktur Pasar Keuangan dan Sistem Pembayaran (SPIP) Indonesia yang dirilis Bank Indonesia, jumlah transaksi kartu kredit terbagi menjadi dua bagian, yaitu jumlah transaksi tunai dan jumlah transaksi bisnis yang masing-masing berjumlah rumah. dan mengekspor komponen.

Sedangkan nilai transaksi kartu kredit didominasi oleh komponen nilai transaksi hingga Rp 36,47 miliar. Sisanya yakni Rp722 miliar merupakan jumlah transaksi keuangan Juli 2024.

Peningkatan tidak hanya terjadi pada jumlah transaksi saja, namun juga pada volume kartu kredit yang juga meningkat sebesar 15,35% dalam satu tahun. Volume tersebut meningkat menjadi 39,83 juta transaksi, dari sebelumnya 34,53 juta transaksi.

Apalagi, jumlah kartu kredit yang beredar juga meningkat hingga mencapai 18,16 juta unit pada Juli 2024, meningkat 2,66% (YoY) dibandingkan 17,69 juta unit pada Juli 2023. Hal ini seolah membuktikan bisnis kartu kredit masih terus berkembang. di tengah gencarnya banyak produk keuangan pembayaran baru.

Bahkan, kini para pelaku bank banyak gencar mengeluarkan produk kartu kredit. Terbaru, PT Bank DBS Indonesia telah menerbitkan kartu Kredit Digibank Z Visa Platinum yang terbuat dari bahan daur ulang. DBS Indonesia juga menargetkan 50.000 kartu akan diterbitkan pada akhir tahun 2024.

Direktur Customer Banking DBS Indonesia Melfrida Gultom mengatakan peluncuran ini juga sebagai upaya menjaga daya saing DBS Indonesia di pasar di tengah semakin populernya layanan pembayaran. 

Ia juga mengatakan generasi milenial dan Gen Z yang berusia 25-30 tahun berperan besar dalam meningkatkan pertumbuhan kredit. Pasalnya, segmen ini merupakan kelompok usia produktif yang kerap melakukan transaksi digital dan mengonsumsi produk keuangan seperti kartu kredit.  

“Untuk Z Card, di 2024 kami targetkan 50.000 [kartu]. Sementara dengan target sebesar itu, saya kira jelas kami menyikapi positif penurunan suku bunga melalui pemilihan produk,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat ( 20/9/2024). 

Sebelumnya, Head of Card and Loan Business DBS Indonesia Ari Lastina juga mengatakan bahwa inovasi baru ini merupakan jawaban atas kebutuhan generasi muda yang memperhatikan isu keberlanjutan dan lingkungan namun juga dapat menggunakan fitur kartu kredit.  

DBS Indonesia juga memfasilitasi banyak nilai tambah pada produk ini, misalnya kebebasan bertransaksi melalui fitur 0% late payment selama 6 bulan yang dapat Anda nikmati untuk bertransaksi dimana saja dan kapan saja untuk efisiensi transaksi melalui digibank melalui Aplikasi DBS dapat diakses di kapan saja.

Tak hanya DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia bersama PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) misalnya juga meluncurkan produk kartu kredit baru yaitu UOB Telkomsel. 

Direktur Consumer Banking UOB Indonesia Cristina Teh Tan menjelaskan kerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi milik pemerintah itu didasarkan pada kebutuhan gaya hidup digital nasabah, termasuk segmen Gen Z. 

Menurutnya, kehidupan digital tanah air berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, misalnya dalam hal penetrasi internet dan pilihan belanja online melalui marketplace alias e-commerce. 

Cristina menjelaskan, pengguna internet dalam negeri telah mencapai 185,3 juta orang, dimana 11,7% dari segmen Gen Y dan Gen Z tercatat rutin berbelanja untuk olahraga dan hiburan. Sementara itu, kelompok tersebut juga mencatat bahwa 59,3% pengguna internet melakukan pembelian online setiap minggunya.

Sementara itu, Cards & Payments Manager UOB Indonesia Herman Soesetyo mengatakan perluasan bisnis paylater tidak serta merta menimbulkan permasalahan persaingan dengan produk perbankan reguler, khususnya kartu kredit. Pasalnya, ia meyakini ada manfaat yang bisa didapat dari situasi tersebut. 

Jadi kita lihat ke depan pasti ada cara pembayarannya bisa bekerjasama dengan kartu kredit, ujarnya.

Dia menjelaskan, pada prinsipnya banyak fitur BNPL yang sudah lama ada di kartu kredit. Hal ini menunjukkan banyak sekali kerjasama yang dapat dilakukan antara kedua pasar tersebut, karena hal yang sama juga terjadi pada industri bisnis. 

“Kami tidak akan berhenti [kartu kredit], kami melihat peluang ke depan selalu ada, kami selalu yakin untuk menjajaki peluang tersebut,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel