Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil rapat Direksi (RDG) besok Rabu (18/9/2024).
Moch. Amin Nurudin, dosen utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), mengatakan dalam jangka panjang, penurunan suku bunga dapat berdampak positif terhadap situasi penyaluran kredit perbankan, termasuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. (UMKM). Katanya ada.
Berdasarkan Statistik Bank Indonesia (SPI), rasio kredit bermasalah (NPL) sektor UKM mencapai 4,04% atau Rp 59,52 triliun per Juni 2024.
Dari sisi nilai, kredit bermasalah (Non Performing Loan) UMKM terbesar terdapat pada sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar Rp 29,6 triliun atau 4,33%. Sedangkan kredit bermasalah pada sektor konstruksi paling tinggi sebesar 9,95% atau Rp 5,4 triliun.
“Menurut saya yang bisa membantu (menurunkan tarif dasar) adalah yang berhubungan langsung dengan penjualan: grosir dan eceran,” ujarnya, Selasa (17/9/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, UKM di sektor konstruksi mungkin mengalami penurunan kredit bermasalah yang lebih lambat karena perputarannya cenderung lebih lama.
Meski demikian, ia menegaskan penurunan kredit bermasalah bersumber dari kebijakan fundamental otoritas, dalam hal ini bank sentral. Menurut dia, di tingkat global, terdapat proses panjang dalam menentukan kebijakan moneter, biasanya dimulai dari keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni Federal Reserve atau The Fed.
Jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga, Bank Indonesia (BI) akan diminta untuk menyesuaikan suku bunga acuannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi operasional perbankan di Indonesia.
Selanjutnya, Amin mengatakan perbankan memerlukan waktu untuk mengevaluasi strategi penyaluran kreditnya.
“Ini tidak langsung. Kalaupun BI rate turun, kecil kemungkinannya akan berdampak pada kualitas kredit UMKM dalam jangka pendek,” jelasnya.
Dalam jangka panjang, bank dapat menyesuaikan tingkat suku bunga baik dari segi pinjaman maupun pinjamannya. Menurut Amin, hal ini membuka peluang bagi perbankan untuk tidak hanya meningkatkan kualitas kredit, namun juga mendukung ekspansi kredit.
“Kualitas kredit bisa membaik jika diimbangi dengan pemahaman untuk lebih berhati-hati dalam pemasaran pinjaman,” tegas Amin.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel