Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) akan mengadakan pertemuan dengan DLR dalam waktu dekat untuk membahas target terbaru rupiah 2025.
Dalam Laporan Keuangan dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah memperhitungkan rupiah pada Rp 16.100 per dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo enggan memberikan perkiraannya mengenai kondisi rupee tahun depan. Namun Bank Indonesia berencana meninjau rupiah DPR pada pekan depan.
“Tentunya hak prerogratif pemerintah dan Banggar [badan anggaran DĽR] untuk berpendapat. Untuk pembahasan ke depan tunggu sampai 27 Agustus 2024, itu jadwal Banggar,” ujarnya dalam jumpa pers, Rabu (21/1). 08/2024).
Pada Juni lalu, dalam pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) dan Rencana Kerja Pemerintah (GWP) tahun anggaran 2025, Perry memperkirakan nilai tukar rupee akan menguat pada tahun 2025.
BI memperkirakan nilai tukar rupiah rata-rata berkisar antara Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS pada tahun 2025. Artinya, ada pandangan rupiah akan menguat dari posisinya saat ini.
Dulu rata-rata Rp 15.300 sampai Rp 15.700, itu waktu pembahasan di Banggar dan Komisi XI, jelasnya.
Pemerintah menulis dalam Laporan Keuangan RAPBN Buku II 2025, nilai tukar rupiah pada tahun 2025 diperkirakan berada pada kisaran Rp 16.100 per dolar AS.
Melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2023 tentang Penerimaan Devisa Ekspor yang berasal dari kegiatan perdagangan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam diharapkan lebih efektif dalam rangka memperkuat cadangan devisa, menjaga kecukupan likuiditas devisa dalam negeri dan risiko volatilitas nilai tukar Rupee dapat juga akan semakin berkurang.
Sekadar informasi, aturan ini mewajibkan eksportir menyetor DHE minimal 30 persen ke sistem keuangan Indonesia dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan hingga 20 Agustus 2024, BI mencatatkan penguatan rupee sebesar 5,34%. Rupiah berkisar antara Rp 15.424-16.325 per dolar AS, rata-rata sebulan terakhir Rp 15.987.
Kinerja rupee tersebut lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti baht Thailand, yen Jepang, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing hanya sebesar 4,22%, 3,25%, 3,20%, dan 3,04%. Dengan perkembangan tersebut, laju depresiasi rupiah dibandingkan akhir Desember 2023 lebih rendah dibandingkan rupee India, peso Filipina, dan won Korea.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel