Bisnis.com, SEMARANG – Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dikhawatirkan akan menggantikan peran manusia, baik di pasar tenaga kerja maupun di dunia kreatif.
Anggapan tersebut muncul karena pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang tidak hanya dapat menggabungkan kalimat, tetapi juga dapat berkomunikasi secara alami dengan manusia sehingga dapat membuat gambar atau video sesuai dengan perintah atau sinyal yang diberikan.
Terkait hal tersebut, Direktur Urusan Pemerintahan Microsoft Indonesia dan Brunei Darussalam Ajar Edi menilai anggapan tersebut seringkali salah. Pasalnya, selain memiliki risiko dan tantangan tersendiri, ketersediaan teknologi AI juga membawa peluang baru yang sangat menguntungkan.
“AI bagi Microsoft adalah alat yang meningkatkan produktivitas kita dan membantu kita menemukan penemuan-penemuan baru, jadi sekali lagi, itu hanya alat,” kata Ajar saat acara Business Indonesia Goes To Campus 2024 yang digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). ) Universitas Gadjah Mada pada Kamis (6/06/2024).
Ajar mengatakan produk Co-Pilot buatan Microsoft sebagai implementasi teknologi kecerdasan buatan memberikan nilai tambah bagi penggunanya. Selain meningkatkan efisiensi, Co-Pilot juga mendorong inovasi baru, sehingga memberikan pengguna lebih banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang lebih strategis.
Teknologi kecerdasan buatan tidak hanya digunakan oleh karyawan di industri IT. Ajar mengatakan, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan juga telah menyentuh banyak bidang lain, mulai dari pemasaran, pendidikan, hingga pertanian.
Hal ini juga merupakan respon terhadap kesalahan masyarakat yang memandang kecerdasan buatan sebagai teknologi yang tahan lama. Bahkan, Ajar menjelaskan, teknologi ini merupakan kumpulan berbagai aplikasi yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Lebih lanjut, Ajar juga menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan merupakan isu strategis yang perlu dijawab secara lebih terbuka.
Dari segi ekonomi, penggunaan kecerdasan buatan dapat meningkatkan produksi domestik bruto (PDB) suatu negara hingga 20 kali lipat.
“Negara yang mendapat manfaat dari kecerdasan buatan saat ini dapat menjadi salah satu negara dengan perekonomian terkuat di masa depan,” jelasnya.
Ajar juga mengutip hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi kecerdasan buatan akan mendatangkan omzet ekonomi hingga USD 330 juta pada tahun 2030.
“Ada juga penelitian yang mengatakan [menggunakan teknologi kecerdasan buatan] berpotensi meningkatkan kapasitas produksi di Indonesia sebesar $243 juta,” tutupnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel