Bisnis.com, Pekanbaru — Asap hitam pekat membubung tinggi ke angkasa. Matanya perih saat berusaha memadamkan kebakaran hutan besar-besaran (Karhutla) yang terjadi di Desa Batang Duku, Kecamatan Bukit Batu Benkalis pada tahun 2019.
Tumin ingat betul musim kemarau panjang saat itu membuat lahan menjadi kering dan rawan kebakaran. Hal ini menyebabkan kebakaran hutan dan lahan secara besar-besaran.
Pria paruh baya ini tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia terkadang bekerja sebagai tukang bangunan dan melakukan aktivitas ini hanya jika ada permintaan. Untuk mengisi waktu luang tanpa bekerja, Toomin dan banyak warga lainnya menjadi petani sayur, mengolah lahan kosong.
Memang benar warga sekitar mempunyai kebiasaan membersihkan lahan pertanian dengan cara membakar lahan terbuka atau biasa disebut merun. Faktanya, mengumpulkan dan membakar rumput kering akan membersihkan lahan dan mempersiapkannya untuk ditanami berbagai jenis sayuran.
Namun tindakan ini mempunyai risiko. Artinya, jika terjadi kebakaran akibat aktivitas mern akibat angin kencang, maka api dapat membesar dan menjalar ke lahan lain di sekitar areal penanaman sayuran.
“Jadi terakhir kali terjadi kebakaran besar sekitar tahun 2019, dan sampai saat ini belum pernah terjadi kebakaran besar karena lahannya sudah kita rawat dengan baik dan tidak dibakar,” kata Toomin, Rabu (30 Oktober 2024). . ) kepada Bisnis.
Warga Desa Tumin dan Batanduk mulai menerapkan kebiasaan mengolah lahan khususnya lahan gambut yang mereka tinggali dengan baik dan benar, dan tentunya tidak lagi membakarnya.
Hal itu terwujud berkat informasi dan edukasi dari Forum Masyarakat (MPA) Gerbang Asosiasi Pemadam Kebakaran Lesmana yang dipimpin Sadikin.
Menurut Sadikin, melindungi lahan gambut dari risiko kebakaran hutan dan lahan berarti menjaga kelembapan gambut dan menjaga ketinggian air di dalam gambut. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran ketinggian air pada saluran dan parit gambut serta dilakukan pengecekan ketinggian air pada lahan gambut secara berkala. Pipa bekas dan badan meteran
Untuk melakukan hal ini, pihak berwenang atau orang-orang yang terlibat dalam kebakaran harus berpatroli di lahan yang berisiko kebakaran dan membawa peralatan pengukur ke saluran air. Padahal, hal ini sudah menjadi standar dan harus dilakukan untuk memprediksi lahan gambut akan kering akibat kekurangan air.
“Dengan memanfaatkan kondisi pemantauan jarak antar lokasi saluran, kami akhirnya bekerja sama dengan perwakilan Kilang Pertamina Sey Pakning untuk merumuskan alat pengukur air tanah (akurat) dari bahan sederhana. “Kami menciptakan inovasi dengan menggunakan pipa dan volume meter yang dikubur kedalaman tiga meter di rawa gambut untuk memantau ketinggian air di gambut,” ujarnya.
Metode PRECIT ini memudahkan pengukuran atau pemantauan ketinggian air gambut. Jelaskan bahwa idealnya ketinggian air di lahan gambut harus antara 20 dan 40 cm di atas permukaan gambut.
Namun jika ketinggian air terus turun hingga 50-60 sentimeter di bawah permukaan gambut, maka masuk dalam kategori waspada, ujarnya. Padahal, ketinggian 80 cm tergolong berbahaya karena gambut di sekitarnya sangat mudah terbakar.
Ketika ketinggian air berada pada level yang mengkhawatirkan, warga atau petani di sekitar lahan gambut harus membasahi atau menyirami lahan satu atau dua kali sehari untuk menjaga kelembapan gambut. Jika kelembaban gambut melebihi 60cm hingga 80cm, maka perlu dijaga kelembaban lahan gambut. Air disiramkan padamu. Setidaknya 4 kali sehari.
Pihaknya tidak hanya akan memperkenalkan sistem ACCURATE saja, namun juga akan menjajaki cara-cara penanganan kebakaran hutan dan lahan yang berisiko kebakaran hutan, seperti pembuatan hidran kebakaran pada lubang bor dan sumur yang dapat digunakan sebagai sumber air untuk pemadaman hutan petani dan masyarakat lokal dalam metode ini. dan kebakaran lahan.
“Biasanya kalau terjadi kebakaran hutan sangat sulit untuk dipadamkan. Misalnya saja jika terjadi kebakaran hutan seluas 1 hektar, maka dibutuhkan waktu minimal seminggu untuk memadamkannya tercemar asap,” ujarnya.
Setelah selamat dari kebakaran hutan dan lahan berskala besar yang terjadi di desanya pada tahun 2019, Toomin yang juga Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Bersama ini kembali melanjutkan aktivitasnya sebagai petani dan mulai meneliti berbagai aspek pertanian hortikultura lahan gambut I menerima pelatihan dan dukungan ekstensif. Kilang Pertamina Sei Pakning.
Poktan telah mendapatkan berbagai macam dukungan seperti alat mesin pertanian, bibit sayur mayur, dan sistem irigasi gambut, dan dapat dikatakan seluruh dukungan agribisnis yang dilaksanakan adalah berkat dukungan dari Kilang Pertamina.
“Berkat dukungan ini, sistem kerja kami sebagai petani sayur di Desa Batang Duc sudah pasti membaik, dan akhirnya kami bisa fokus menjadi petani sayur dan tidak perlu lagi bekerja paruh waktu,” kata Tumin.
Tanaman sayuran seperti kangkung, bayam, singkong, dan kacang panjang banyak dikembangkan di lahan ini dengan sistem sewa lahan.
Sekitar 800 tandan berbagai jenis sayuran diproduksi setiap harinya dan dijual ke pasar sekitar Seipaknin. Hasil yang diterima pihaknya bisa mencapai Rp 1 juta per hari.
Saat ini, Pokutan memiliki sekitar 10 anggota aktif, dan setiap petani dapat memperoleh penghasilan antara 3 juta rupiah hingga 4 juta rupiah per bulan.
Tentu saja, dengan hasil yang begitu besar, Tumin dan rekan-rekannya harus bekerja lebih keras dibandingkan melakukan pekerjaan seadanya yang pendapatannya tidak stabil setiap harinya.
Bahkan, kata dia, di Desa Batang Duk Benkalis sudah tidak ada lagi kebakaran, karhutla, dan kebakaran lahan. Ia dan petani lainnya tetap bercocok tanam sayuran tanpa menghadapi kesulitan akibat kebakaran atau kebakaran hutan, dan telah mencapai hasil yang baik. Saya harap Anda mendapatkannya. . Merokok pada tahun 2019 dan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Program Pendampingan Pertamina
Pada kesempatan lain, Bapak Sey Pakning Leonardo Manulan, Regional Development Officer PT Kiran Pertamina International (KPI) Refinery Unit 2, berbicara tentang program bantuan yang diberikan pihak kepada petani di Desa Batang Duk Benkalis, mengatakan hal tersebut karena mereka mempertimbangkan daerah tersebut menjadi berbahaya. Untuk kebakaran hutan dan lahan seperti yang kita alami beberapa tahun lalu.
“Dulu kawasan Batang Duk rawan karhutla dan masyarakat membuka lahan dengan cara merun atau membakar lahan, namun kini Pertamina Sei Pakning “Kami sosialisasikan kepada mereka bahwa pengelolaan lahan yang mereka gunakan berisiko menyebabkan kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihak tersebut menjelaskan perlunya mengelola lahan kebun dengan baik tanpa membakarnya, dan mengambil tindakan proaktif untuk mencegah kebakaran lahan gambut di desa tersebut di kemudian hari.
Selain mendorong petani untuk menanam sayur mayur di kebun mereka dengan cara yang ramah lingkungan tanpa membakarnya, Pertamina bermitra dengan Forum MPA untuk menciptakan sistem PRECURE yang dapat membantu mengurangi bencana kebakaran hutan dan meningkatkan kesehatan lahan.
Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas pertanian, kami akan membangun mesin pertanian seperti alat penyiram otomatis, irigasi tetes, dan peralatan pemupukan otomatis, rumah pembibitan sayuran seperti benih cabai dan benih terong, serta gudang, dan membangun gudang untuk berkumpul para petani. dan berdiskusi. Kami juga mendukung konstruksi. . .
“Kami juga terus mendorong para petani untuk terus mengembangkan tanaman dan meningkatkan produksi, seperti menanam tanaman kopi liberika dan karet yang tumbuh di lahan gambut,” ujarnya.
Unit Dumai, Area Manager Unit Komunikasi dan CSR KPI Agustiawan mengatakan, pihaknya melalui Unit Kilang Sei Pakuning menggalakkan pertanian berkelanjutan tanpa pembakaran terbuka di Desa Batang Duc mitigasi.
“Kami akan mendampingi para petani agar mereka dapat mengubah cara mereka mengelola lahan gambut dengan cara menebang atau membakar lahan, karena hal ini berisiko menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. katanya. .
Dari segi infrastruktur pertanian, pihaknya memperkenalkan teknologi irigasi sprinkler yang lebih hemat bahan bakar dibandingkan sistem irigasi konvensional. Terkait sistem pertanian, pihaknya mengembangkan skema tanam prudikultur dan poligowo. Alhasil, sayuran yang dihasilkan tidak hanya dijual di pasaran, namun juga diolah menjadi produk turunan seperti stik kangkung.
Dengan inisiatif ini, Kilang Seipaknin mencatat 4.613 orang mendapat manfaat dari program tersebut dan perekonomian masyarakat petani yang didukung dapat meningkat sebesar 127%. Hal ini terlihat dari pendapatan kumulatif tahun 2022 hingga 2023 meningkat dari Rp 224,57 juta menjadi Rp 226,15 juta.
“Harapan kami kedepannya usaha pertanian warga Batang Duc dapat terus beraktivitas tanpa terkendala kebakaran hutan dan lahan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar .
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel