Bisnis.com, MEDAN – PT Mahkota Group, Tbk., (MGRO) berhasil mempersempit rugi bersih kuartal I 2024 menjadi Rp 57,3 miliar, turun satu miliar dari Rp 184,6 pada periode yang sama tahun lalu.
Hal ini terjadi karena keberhasilan manajemen dalam menekan biaya sehingga perseroan mengalami penurunan kerugian yang signifikan meski pendapatannya turun dari Rp 2,64 triliun menjadi 1,96 triliun pada semester pertama tahun lalu.
Laporan keuangan MGRO yang belum diaudit menyebutkan salah satunya mengalami penurunan beban usaha dari Rp171,3 miliar menjadi Rp101,44 miliar. Manajemen perusahaan pengolahan kelapa sawit di Medan ini yakin operasionalnya hingga akhir tahun ini akan terus tumbuh dibandingkan kerugian tahun lalu sebesar Rp 152,2 miliar.
MGRO menargetkan pendapatan sebesar Rp 8 triliun pada akhir tahun 2024 untuk meningkatkan operasional perusahaan dari rugi pada tahun 2023 menjadi laba pada tahun ini, dengan laba sebesar Rp 50 miliar.
Oleh karena itu, Kepala Mahkota Usli Sarsi menyatakan diharapkan ada pengembangan pekerjaan pada paruh kedua tahun ini dengan melaksanakan proyek produksi gas kedua dan pengelolaan energi gas pada paruh kedua tahun ini. Proyek pertanian berkelanjutan terintegrasi seluas 80 hektar yang berlokasi di Pabrik Duri 13 di Solapan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
“Peningkatan Mahkota Group akan dicapai melalui pabrik terintegrasi di Provinsi Riau karena dapat membantu pertumbuhan produksi yang signifikan dan efisiensi serta integrasi yang efektif untuk mencapai hasil yang positif,” kata Usli Sarsi di Medan, Senin (19/19). . 8).
Ia menambahkan, lini produksi kedua di Riau telah meningkatkan kapasitas produksi menjadi 2 x 1.800 ton per jam, yang didukung oleh sumber daya produksi yang efisien.
“Harga jual produk dan harga pokok produksi masih dianalisa untuk meningkatkan keuntungan. Perusahaan berusaha mencapai target pendapatan yang ditentukan oleh pemegang saham dan manajemen. “Selain itu, kami mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan kinerja dibandingkan ke tahun sebelumnya sesuai dengan harganya. “
Direktur Operasional Mahkota Group Fuad Halimoen mengatakan, meski terdapat keyakinan atas kerja baik yang telah mereka capai melalui pengelolaan industri pertanian berkelanjutan di Riau, namun sektor tersebut masih menghadapi tantangan dari sisi kapasitas produksi produk. yang sedang diproduksi. Permintaan tersebut belum selesai karena tahap penyelesaian konstruksi.
Oleh karena itu, manajemen berencana mengkaji produksi dan pendapatan agar sesuai dengan pasar dan situasi perusahaan. Namun kami yakin kinerja tahun ini akan kuat dan menguntungkan, ujarnya. seraya menambahkan kawasan industri Agro-Industri Terpadu Duri 13 saat ini memproses sekitar 1.000 ton buah segar (TBS), limbah dan air dari pengolahan akhir.
Mahkota mengelola sampah di kawasan tersebut dengan mengolah sampah menjadi produk kompos FOF dan minyak sebagai pengganti selongsong peluru. Saat ini, untuk mengelola air limbah tersebut akan dibangun pabrik gasifikasi untuk menangkap gas metana yang dihasilkan dari limbah industri pengolahan kelapa sawit. Gas yang tergolong gas berbahaya dan beracun atau B3 akan diproses di tangki pengolahan untuk dimurnikan. Energi terbarukan (EBT) berupa gas yang dihasilkan selama proses pemurnian digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Fuad Halimoen mengatakan, penggunaan lebih banyak energi dari gas bumi berpotensi menyelamatkan perusahaan dari pembelian bahan bakar yang saat ini berjumlah sekitar Rp5 hingga 6 miliar per bulan.
Bahkan, harapannya adalah pemerintah dapat memberikan kredit karbon yang dapat dijual kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. Diperkirakan sekitar 95.000 ton emisi karbon dioksida dapat dihindari di wilayah tersebut.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel