Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA), yang dikendalikan oleh PT Takjub Financial Teknologi atau lebih dikenal dengan Weird Startup, optimis mampu mempertahankan kemampuan likuiditasnya di lingkungan suku bunga tinggi.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Keuangan Bank Bumi Arta Edwin Suryahusda mengatakan Bank Bumi Arta merupakan bank yang sudah tua. Bank milik Ajaib didirikan pada tahun 1967 dengan kepemilikan saham sebesar 33,45%. 

Perbankan mampu bertahan di tengah berbagai tantangan seperti krisis keuangan, krisis keuangan tahun 2008, dan krisis pandemi Covid-19. Alhasil, Bank Bumi Arta kini memiliki nasabah setia.

“Jadi dari segi likuiditas, kami bisa menjaganya karena kami memiliki nasabah-nasabah yang setia, dengan tetap menjaga reputasi, kami selalu proaktif dalam memberikan kenyamanan bagi nasabah untuk menyimpan dananya kepada kami,” kata Edwin dalam keterangan publik. pada Rabu (19/6/2024).

Berdasarkan rasio keuangannya, likuiditas perbankan yang dilihat dari rasio kredit terhadap simpanan (LDR) telah mencapai level 76,72% per Maret 2024.

Bank Bumi Arta menghimpun simpanan nasabah atau DPK sebesar Rp5,07 triliun hingga Maret 2024, meningkat secara year-on-year (YoY) sebesar 9,71%. Tabungan bank tersebut mampu menopang penyaluran kredit sebesar Rp3,89 triliun. 

Sedangkan Bank Bumi Arta melaporkan aset sebesar Rp8,41 triliun, naik 6,86% year-on-year.

Per Maret 2024, Bank Bumi Arta meraih laba bersih Rp 29,15 triliun, naik 264,37% year-on-year.

Seperti diketahui, likuiditas menjadi tantangan bagi perbankan dalam beradaptasi dengan tren kenaikan suku bunga. Bank Indonesia (BI) sebenarnya telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 6% menjadi 6,25% pada rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. Setelah Oktober 2023, kenaikan tersebut merupakan yang pertama kalinya. 

Sementara itu, dalam RDG terbaru periode 21-22 Mei 2024, BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6,25%. 

Senior Vice President Lembaga Perbankan Pembangunan Indonesia (LPPI) Trioxa Siyahan juga mengatakan, kenaikan suku bunga acuan akan berdampak efektif terhadap likuiditas perbankan, termasuk pola penyaluran kredit perbankan. 

“Strategi yang akan dilakukan bank adalah dengan meningkatkan pelayanan dan memberikan insentif untuk menarik nasabah agar mendapatkan CASA di bank, misalnya dengan menawarkan hadiah lotere kepada nasabah,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel