Bisnis.com, Jakarta – Pengamat transportasi Joko Setijovarno menekankan pentingnya perencanaan matang sebelum memutuskan melanjutkan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya.
Joko menjelaskan, pengalaman proyek kereta cepat Jakarta-Bandung harus menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, terutama terkait dana besar dan penanaman modal asing.
Kepada Bisnis, Joko mengatakan, “Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung masih menghadapi banyak kendala, termasuk masalah anggaran, yang pada akhirnya berkaitan dengan APBN. Jadi kalau rencana kelanjutan proyek ke Surabaya itu memang perlu. untuk dipertimbangkan kembali. Jumat (11/10/2024).
Joko menyampaikan kekhawatirannya bahwa pembangunan infrastruktur dalam skala besar dapat membebani negara jika tidak diperhitungkan secara matang. Dia mencontohkan proyek Business to Business Financing (B2B) yang awalnya direncanakan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, namun akhirnya masuk APBN karena kekurangan dana.
“Tadi dikatakan proyek ini B2B, tapi ketika anggaran tidak mencukupi, pemerintah turun tangan,” imbuhnya. Hal ini menjadi beban negara yang seharusnya tidak terjadi jika rencana keuangan berjalan lancar.
Ia juga mengingatkan adanya risiko kerugian jika proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tidak direncanakan dengan baik, apalagi mengingat proyek kereta cepat Jakarta-Bandung belum membuahkan hasil yang baik
Lebih lanjut, Joko mengatakan pengembangan kereta api cepat nampaknya masih terlalu terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal wilayah lain di Indonesia masih membutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai. Ia menilai, dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan transportasi selalu terfokus di Pulau Jawa, meski ada daerah lain yang memiliki kebutuhan serupa.
“Selama 5-10 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur transportasi selalu terfokus di Pulau Jawa. Padahal, Indonesia besar dan masih banyak daerah di luar Pulau Jawa yang perlu mendapat perhatian,” ujarnya pula.
Terakhir, Joko mengatakan penanaman modal asing pada proyek infrastruktur, termasuk kereta cepat, tidak menjadi masalah, asalkan proyek tersebut jelas dan tidak membebani negara.
“Selama investasi asing itu transparan dan terencana dengan matang, tidak masalah. Tapi jangan sampai menjadi beban langsung APBN di tengah jalan, seperti yang terjadi sebelumnya,” pungkas Joko.
Sebelumnya, Departemen Umum Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kmenhub) memastikan Feasibility Study (FS) Kereta Api Jakarta-Surabaya Ekspres akan selesai tahun ini dan akan dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo. Subianto. .
Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal mengatakan FS saat ini sudah beroperasi dan harus selesai tahun ini.
“Kami sedang mengupayakannya, ya [di pemerintahan berikutnya],” katanya. “Tahun ini feasibility study-nya harus selesai,” kata Rissell kepada wartawan, Selasa (1/10/2024).
Tonton berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel