Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (EIB) merayakan satu tahun beroperasinya Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon, pada Kamis (10/03/2024).

Tahun pertama IDXCarbon beroperasi sejak 26 September 2023 mengalami pasang surut yang besar.

Chief Executive Officer BEI Iman Rachman mengatakan Bursa Karbon Indonesia menunjukkan perkembangan ke arah positif dan mendapat respon baik dari pelaku pasar pada tahun lalu.

BEI mencatatkan peningkatan jumlah Sertifikat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang diperdagangkan dari 459.953 ton CO2e menjadi 613.894 ton CO2e, dimana nilai transaksi meningkat dari Rp29,21 miliar menjadi Rp37,06 miliar.

“Dari 613.894 ton CO2e yang terjual, lebih dari 420.029 ton CO2e terpakai [pensiun],” ujarnya pada perayaan satu tahun IDXCarbon di BEI, Jakarta, Kamis (10/03/2024).

Menurutnya, data tersebut menunjukkan peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap perdagangan karbon dan perannya dalam upaya memerangi perubahan iklim.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini terdapat tiga proyek SPE-GRK yang terdaftar di IDXCarbon, antara lain proyek Pertamina Geothermal Lahendong, PLTGU di Muara Karang milik PLN, dan PLTM di Gunung Wugul milik grup PLN.

Hadirnya proyek-proyek tersebut berarti unit karbon terdaftar bertambah dari 842.950 ton CO2e pada 26 September 2023 menjadi 1.777.141 ton CO2e pada 26 September 2024, dengan jumlah unit karbon tersedia setelah penarikan sebanyak 1.357,112 ton CO2e.

Lebih lanjut, Iman mengungkapkan, jumlah pengguna layanan juga meningkat signifikan, dari hanya 16 pengguna layanan di hari peluncurannya menjadi 81 pengguna layanan.

Setelah itu, beliau juga mengapresiasi sinergi yang terjalin antara Kementerian dan Lembaga, Otoritas dan Perusahaan yang menjadi pengguna layanan dan calon pengguna layanan Carbon Exchange.

“Kami berharap seluruh upaya yang dilakukan bersama-sama dapat membawa manfaat positif bagi perkembangan perdagangan karbon di Indonesia, membantu mencapai target NDC Indonesia pada tahun 2030, dan memastikan bumi tetap sehat untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Lebih lanjut Iman menyatakan, ke depan BEI akan terus berupaya mendorong likuiditas di pasar karbon pada sisi permintaan dan penawaran pasar lokal dan internasional sesuai dengan aturan dan ketentuan pemerintah.

Mewujudkan upaya tersebut, BEI mengaku akan berkoordinasi dan bersinergi aktif dengan OJK, kementerian terkait, dan pelaku pasar untuk menyempurnakan mekanisme perdagangan karbon.

Selain itu, lembaga ini juga memberikan edukasi berkelanjutan, menyelaraskan pengembangan investasi pasar modal Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social and Governance/ESG) dengan perdagangan karbon, memberikan insentif, dan mengembangkan sistem pelaporan emisi GRK yang sejalan dengan standar internasional.

EIB akan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan melalui IDXCarbon dengan harapan perdagangan karbon di Indonesia akan terus berkembang dan membantu Indonesia dalam upaya mencapai target penurunan emisi nasional.

Penafian: berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel