Bisnis.com, Jakarta – Penerbit farmasi negara PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) memutuskan untuk meningkatkan efisiensi pabrik untuk mengurangi beban perusahaan yang semakin bertambah. Pasalnya, meski mengalami pertumbuhan pendapatan, KAEF masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,48 triliun pada tahun 2023.
Direktur Eksekutif KAEF David Utama mengatakan mekanisme efisiensi pabrik pada akhirnya akan mengurangi 10 pabrik farmasi yang ada menjadi lima.
Efisiensi pabrik adalah keputusan yang harus diambil, suka atau tidak. Karena dari aspek komersial masih terdapat titik lemah dan biaya non operasional yang sangat merugikan kami. Ini adalah salah satu alasan buruknya kinerja.” David di Jakarta seperti dikutip, Senin (3/6/2024).
Melihat laporan keuangan tahun 2023, KAEF mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, meningkat 25,83% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp5,45 triliun.
Dari sisi beban usaha pada tahun 2023 mengalami kenaikan sebesar 35,53% (yoy) menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun. Peningkatan beban usaha terutama terjadi pada anak usaha PT Kimia Farma Apotek (KFA). Situasi seperti ini tidak terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Biaya keuangan akan meningkat sebesar 18,49% (tahunan) menjadi Rp622,82 miliar pada tahun 2023, seiring dengan kebutuhan modal kerja perseroan dan kenaikan suku bunga. David mengatakan ke depannya perseroan akan melakukan restrukturisasi keuangan untuk mengurangi beban keuangan.
David tak menampik, setidaknya ratusan pekerja pabrik Kimia Farm akan terdampak dengan penerapan langkah efisiensi pabrik tersebut. Meski demikian, perusahaan menjamin karyawan yang terdampak akan menerima gaji sesuai aturan terkait.
Inefisiensi operasional salah satu penyebabnya adalah kapasitas produksi 10 pabrik yang dimilikinya tidak memenuhi kebutuhan bisnis perseroan. Pada akhir David mengatakan, untuk meningkatkan efisiensi, perseroan berencana mengoptimalkan fasilitas produksi dengan mengubah struktur 10 pabrik menjadi 5 pabrik.
Perlu diketahui, penjualan KAEF sepanjang tahun 2023 sebenarnya naik dibandingkan tahun 2022. Pada tahun 2023, KAEF mencatatkan penjualan sebesar Rp 9,96 triliun. Penjualan tersebut meningkat 7,93% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 9,23 triliun.
Penjualan tersebut didominasi penjualan lokal ke pihak ketiga sebesar Rp8,79 triliun dan ke entitas terkait sebesar Rp1,05 triliun. Sedangkan penjualan KAEF di luar negeri antara lain penjualan garam kina senilai Rp100,6 miliar serta penjualan obat dan alat kesehatan senilai Rp7,56 miliar.
Sedangkan berdasarkan lini produknya, KAEF memproduksi obat generik senilai Rp1,29 triliun, obat etikal, lisensi dan obat senilai Rp891,4 miliar, obat OTC senilai Rp459,09 miliar, dan bahan baku senilai Rp143,110 miliar. Total penjualan produksi entitas KAEF sebesar Rp 2,89 triliun.
Namun laba kotor KAEF turun 17,91% menjadi Rp3,1 triliun seiring meningkatnya beban perusahaan. Sebelumnya pada tahun 2022, KAEF melaporkan laba kotor sebesar Rp 3,77 triliun.
Alhasil, KAEF mengalami peningkatan rugi bersih menjadi Rp 1,48 triliun pada tahun 2023. Kerugian ini meningkat dari tahun 2022 sebesar Rp 190,47 miliar.
________
Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel